23 Mei 2010

Post Operative Choledocography ( T- Tube Choledocography)

PENGERTIAN
Post Operative Choledocography ( T- Tube Choledocography) adalah pemeriksaan radiografi pada sistem biliari yang biasanya dilakukan 10 hari post operasi sebelum selang kateter dicabut.

TUJUAN
•Menunjukkan ukuran dan patency dari duktus.
•Status spinter pada hepatopancreatic ampulla.
•Menampakkan batu residual atau yang tidak terdeteksi sebelumnya.

PERSIAPAN ALAT
•Pesawat sinar-x dan fluoroskopi
•Kaset dan film
•Gonad shield
•Apron
•Arteri forcep
•Spuit 20 cc
•Cannula gas steril
•Antiseptik
•Ampule contras media
•Obat dan peralatan emergensi
•Media kontras water soluble dengan konsentrasi antara 25% hingga 30% misalnya Hypaque 25 % (Konsentrasi tinggi menyebabkan small stone tidak nampak).

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
•Drainage tube diklem, untuk mencegah udara masuk ke duktus (menampakkan cholesterol stone).
•Pasien diminta puasa sebelum pemeriksaan.
•Bila diperlukan, dapat dilakukan enema 1 jam sebelum pemeriksaan.
•Premidikasi tidak ada


TEKNIK RADIOGRAFI
•Plain foto dengan pasien supine pada meja fluoroscopi pada posisi AP dengan bagian kanan abdomen difoto. Batas bawah kaset pada SIAS.
•Selang dijepit oleh ateri forceps, selang didesinfektan menggunakan antiseptik.
•Kontras dimasukan lewat selang yang sudah terpasang, diperhatikan agar no bubble masuk kedalam selang.
•Prosedur penyuntikan dipandu melalui fluoroscopi sampai ductus-duktus terlihat jelas.

PROYEKSI PEMERIKSAAN
1.AP Oblique (RPO)
2.Lateral
Untuk menampakkan cabang dari duktus hepatikus dan mendeteksi kelainan.

07 Mei 2010

Teknik Radiografi Vaginografi

PENGERTIAN
Vaginografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian vagina dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif untuk menegakkan diagnosa.

TUJUAN
Investigasi malformation.
Investigasi fisiologis dan penyakit patologis dalam vagina.

INDIKASI
Investigasi penyakit kongenital dalam vagina.
Kelainan patologis seperti vesicavaginalfistula dan enterovaginalfistula.

KONTRA INDIKASI
Alergi terhadap media kontras

PERSIAPAN ALAT
•Pesawat sinar-x
•Kaset dan film 18 x 24
•Grid/lysolm
•Marker
•Kateter
•Vaselin
•Spuit disposible
Contrast media : BaSO4 Konsentrasi sama seperti pemeriksaan colon yaitu 1 : 8 dan jumlah media kontras 40 – 60 cc.
•Steril cass
•Obat antiseptic
•Larutan desinfektan (alkohol, betadine)
•Bengkok, mangkuk
•Peralatan kegawat daruratan (tabung O2, alat suction, dan lain-lain)


PERSIAPAN PASIEN
•Laxanisasi pada area pelvis.
•Pasien buang air kecil untuk mengkosongkan blass.
•Melepaskan benda-benda logam yang dapat menggangu gambaran pada daerah yang akan diperiksa.
•Penandatanganan Informed Consent.

PROYEKSI PEMERIKSAAN
1.AP
Posisi Pasien
Supine

Posisi Obyek
•MSP tubuh di pertengahan kaset.
•Mid superior kaset pada SIAS.
•Mid inferior kaset pada simphisis pubis.
•Posisikan knee joint sejajar.

Central Ray
Vertikal/tegak lurus

Central Point
Pada level batas superior simphisis pubis

FFD
90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.



2. AP Oblique
Posisi Pasien
Oblique

Posisi Obyek
•Dari posisi supine pasien dirotasikan 450 terhadap meja pemeriksaan.
•Fistula todecrip tidak superimposisi dengan organel lainnya (sigmoid/ileum & vagina)
•Mid superior kaset pada SIAS.
•Mid inferior kaset pada simphisis pubis.

Central Ray
Vertikal/tegak lurus

Central Point
2 cm lateral dari MSP setinggi batas superior simphisis pubis

FFD
90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.





3. Lateral
Posisi Pasien
Miring ke salah satu sisi

Posisi Obyek
MCP pada pertengahan dan tegak lurus terhadap kaset.
Mid superior kaset pada SIAS.
Mid inferior kaset pada coccyx.

Central Ray
Vertikal/tegak lurus terhadap kaset.

Central Point
Pada MCP 2 inchi inferior SIAS

FFD
90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
NB : proyeksi ini untuk menggambarkan fistula pada inferior rektovaginal.



Kriteria Gambar
•Batas superior simphisis pubis harus berada pada pertengahan gambar.
•Beberapa fistula harus tampak pada gambar.
•Densitas yang optimal dan kontras sangat dibutuhkan untuk memvisualisasikan vagina dan beberapa fistula.
•Paha bagian proksimal tidak superimposisi degan pelvis pada proyeksi oblique.
•Hip dan femur harus superimposisi pada proyeksi lateral.

Teknik Radiografi Fetografi

PENGERTIAN
Fetografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada ibu hamil dengan menggunakan sinar-x dan untuk melihat kondisi janin. Namun sekarang lebih sering digunakan USG. Pemeriksaan ini hanya dilakukan setelah trimester ke 3 dan dilakukan pada indikasi tertentu dan keadaan tertentu. Pemeriksaan ini sering dikenal Foto Polos Abdomen (FPA) Gravid Reproduction.

KEGUNAAN
1. Menentukan umur kehamilan (trimester III)
• Ephifise distal femur yang menunjukkan umur kehamilan 36 minggu.
• Ephifise proksimal femur yang menunjukkan umur kehamilan 38 minggu.

2. Menentukan letak janin
3. Menentukan jumlah janin (tunggal, gemelli, multiple)

4. Menentukan letak kepala janin
• Preskep : Diameter kepala di bawah.
• Presbo : Posisi pantat/glutea.
• Posisi Lintang : Diameter kepala berada di diameter samping.

5. Menentukan tanda janin mati (pengganti USG)
• Ada pertumbuhan atau tidak
• Adanya Robert Sign’s

Ciri Robert Sign’s
• Ada udara di sistem sirkulasi.
• Adanya maserasi jaringan & elemen darah yang mati.
• Timbul gas CO2 , sebagian O2 dan N2.
• Gas masuk ke dalam jaringan , gambar radiolusent bulat.
• Lobulated di daerah jantung.
• Atau gambaran pohon bercabang dari hepar disebabkan masuknya gas ke hepar.
• Tanda tersebut terlihat setelah 12 jam – 1 minggu janin meninggal.

CATATAN BNO POLOS PADA NON GRAVID
Digunakan untuk menentukan gas pada pertubasi masuk ke cavum abdomen atau tidak. Prosesnya yaitu
Gasàcavum uterusà tuba à masuk cavum peritonii à sesudah partubasi à dilakukan Foto Abdomen Tegak
Bila ada udara di subdiafragma kanan (warna hitam seperti bulan sabit/melengkung mengikuti bentuk diafragma = semilunar shape)itu merupakan Tuba Patent

1. Adanya Horner Spalding Sign
• Adanya overlapping diameter tulang calvaria.
• Terlihat setelah 24 jam-3 minggu dari waktu kematian janin.

2. Deules Halo Sign
• Adanya udara berupa gambar radiolusen antara calvaria dan lemak subcutan.
• Gambaran terlihat 2 hari – 32 minggu sesudah janin mati.

3. Atoni , hipotoni pada janin
• Angulasi/vertebra kolaps/terbentuk garis Gibbes Appereance diketemukan oleh Schmids’s
• Kolaps dinding thorax
• Hiperekstensi tulang belakang (Jungmann).
• Hiperfleksi tulang belakang (Hartley).
• Tulang kerangka tidak beraturan/desintegrasi tulang-tulang (dianggap sebagai tindak lanjut).

PERSIAPAN PASIEN
• Informasi dan komunikasi yang baik dan jelas tentang pelaksanaan pemeriksaan fetografi.
• Melepas benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.
• Pengosongan daerah blass

PERSIAPAN ALAT
• Pesawat kemampuan cukup (80 – 90 kV)
• Kaset dan film 30 x 40
• Grid/lysolm
• Marker
• Gonad shield

PROTEKSI RADIASI
• Faktor ekspose yang cukup dengan menggunakan High kV Technique.
• Hindari pengulangan foto, lakukan prosedur dengan tepat.
• Luas penyinaran seminimal mungkin.

PERAWATAN POST PEMERIKSAAN
• Apabila ada perdarahan (dari placenta previa), pasien perlu istirahat atau lakukan tindakan emergensi.
• Lakukan observasi pasien.
• Siapkan peralatan resusitasi/respirasi O2 bila pasien sesak nafas.

PROYEKSI PEMERIKSAAN

1. AP/PA
Posisi Pasien
Supine/prone

Posisi Obyek
• MSP tubuh di pertengahan kaset.
• Rongga abdomen di pertengahan kaset.
• Batas atas kaset diafragma dan batas bawah kaset simphisis pubis.
• Posisikan knee joint sejajar.

Central Ray
Vertikal/tegak lurus

Central Point
Pertengahan kedua SIAS setinggi Lumbal ke-3

FFD
90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.



Kriteria Gambar
• Tampak gambaran tulang fetus.
• Densitas dan kontras dapat memperlihatkan persendiaan & tulang fetus.
• Tidak tampak rotasi abdomen.

2. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien
Miring salah satu sisi tubuh

Posisi Obyek
• Daerah abdomen pada pertengahan film.
• Kedua lengan di atas sebagai ganjalan kepala.
• Kedua tungkai fleksi maksimal.
• Axilare plane tegak lurus meja pemeriksaan.

Central Ray
Vertikal tegak lurus

Central Point
Pada axilare plane setinggi Lumbal ke-3

FFD
90-100 cm
Ekspose : Saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.



Kriteria Gambar
• Hip joint & femur superposisi
• Densitas dan kontras dapat memperlihatkan persendian fetus dan tulang
• Gambaran fetus terkover dengan jelas

Rumus Berat Badan Ideal

Pernahkah anda dikatakan gemuk atau dikatakan kurus. Pastinya anda tidak senang diktakan demikian. Kemudian pastinya anda berpikir bagaimana seharusnya saya agar mempunyai berat badan ideal. Cara yang paling baik adalah olahraga dan makan-makanan teratur. Tetapi saat anda melakukan itu semua anda pasti mempunyai berapa target berat badan yang anda inginkan. Untuk mengetahui itu semua, ada rumus untuk menghitung berat badan agar berat badan yang anda inginkan ideal.
Selidik punya selidik, rumus untuk menghitung berat badan itu sudah ada sejak lama kurang lebih seabad yang lalu. Orang yang pertama membuat rumus berat badan ideal adalah seorang ahli bedah dari Perancis yang bernama bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005).
Namun rumus yang dibuat oleh Dr. P. P. Broca terus mengalami perkembangan dan modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut :

1. Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah :



2. Rumus Broca yang dikutip dari publikasi di Website Depkes RI adalah :



Khusus untuk pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm dan wanita kurang dari 150 cm, digunakan rumus :



Interpretasi : seseorang dikatakan underweight bila bobot badannya kurang dari 90% bobot badan ideal.

3. Rumus Broca yang dikutip dari Pikiran Rakyat (2004) :



Tetapi banyak orang menggunakan rumus yang sangat disederhanakan, yaitu :



Kemudian tahun 1974 Dr. BJ Devine mempublikasikan sebuah rumus baru untuk menghitung berat badan ideal. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :



Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis, yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs internet menggunakan rumus ini.
Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).



Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :


Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia dalam satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis temukan saat tulisan ini dibuat.
Rumus lain yang banyak digunakan untuk mengetahui status berat badan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT atau BMI, body mass index). Rumus ini lazim digunakan di bidang kesehatan termasuk oleh WHO (World Health Organization). Pada rumus IMT, status berat badan dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumusnya adalah :



Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut :
Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang
Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal
Nilai IMT 23-24,9 = Normal Tinggi
Nilai IMT 25,0 - 29,9 = Gemuk
Nilai IMT >= 30,0 = Gemuk Banget
Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO

Contoh :
Seseorang mempunyai berat badan 60 dan mempunyai tinggi badan 1,65 m. Berapakah Indeks Massa Tubuhnya?

IMT = Berat Badan : (Tinggi Badan)2
= 60 : (1,65)2
= 60 : 2,7225
= 22,038..
Berdasarkan nilai tersebut orang tersebut termasuk dalm kategori normal.

Semoga rumus ini dapat membantu dan bermanfaat bagi anda yang ingin mempunyai berat badan ideal. Selamat mencoba.

02 Mei 2010

Percutaneous Transhepatic Choledochography (PTC)

PENGERTIAN
Percutaneous Transhepatic Choledochography adalah pemeriksaan radiografi invasive pada duktus biliaris dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif untuk menegakkan diagnosa.
Sangat berperan terutama pada membedakan obstruksi jaundice dan non obtruksi dan digunakan untuk menentukan posisi, ukuran dan penyebab obstruksi.

INDIKASI
• Eksplorasi kelainan system billiary seperti cholangiocarcinoma, stone, stricture, sclerosing, maligna, kista, atresia biliary dan biliary fistula
• Jaundice/icterus dimana nampak dilatasi dari ductal system (dengan USG/CT) namun etiologi dari obstruksi belum jelas.
• Ductus sukar diviasualkan dengan pemeriksaan lain (apabila oral dan IV - cholecystografi gagal).
• Pancreatic disease

KONTRA INDIKASI
• Sensitive terhadap media kontras
• Pyloric stenosis
• Acute pancreatistis
• Glaucoma

KOMPLIKASI
• Intraperitoneal Bleeding
• Intrapritoneal Leakage of Bile dan Peritonitis
• Liver Failure
• Septicamia
• Intraperitoneal Abses


PERSIAPAN ALAT
• Pesawat sinar-x dan fluoroskopi
• Kaset dan film 24 x 30
• Grid/lysolm
• Marker
• Kapas alkohol atau wipes
• Handuk atau spon untuk bantalan lengan
• Gonad shield
• Peralatan dan obat kegawatdaruratan (tabung O2, alat suction, dan lain-lain)
• Desinfektan
• Duk sterile
• Skin cleanser
• Ampule contras media
• Disposible needle
• Needle catheter/Chiba Needle
• Media kontras yang digunakan Hypaque 45 % sekitar 20-60 cc disiapkan dalam spuit yang dihubungkan dengan jarum Chiba.

PERSIAPAN PASIEN
• Puasa 5 jam sebelum pemeriksaan dimulai.
• Pemeriksaan darah dan urine lengkap.
• Pemeriksaan fungsi hati.
• Penandatangan Informed Consent.
• Buang air kecil sebelum pemeriksaan.
• Persiapan lokal pada tempat injeksi.
• Skin area diantara bagian bawah chest dan bagian atas abdomen dibersihkan dengan larutan desinfektan (iodine, pyodine atau chlorhexidine) kemudian ditutup dengan duk sterile.
• Anastesi lokal bagian lower intercostal space (antar costae 7,8 atau 9).

PREMEDIKASI
Omnopon/scopolamine

TEKNIK RADIOGRAFI
• Pasien tidur supine pada meja fluoroscopy.
• Foto AP right side / sebelah kanan dari abd dengan batas bawah pada SIAS.
• Setelah dianastesi lokal, chiba needle dimasukan kedalam liver secara percutan dengan pengawasan melalui fluoroscopy.



• Setelah diketahui letak bile duct, diambil cairan empedunya untuk pemeriksaan lab.
• Selanjutnya media kontras disuntikan sedikit untuk mengetahui posisi jarum sudah tepat apa belum.
• Jumlah kontras media sangat bervariasi tergantung volume dari saluran empedu.
• Bila terjadi kebuntuan saluran, maka needle diganti dengan cateter untuk drainase.



• PA dan Oblique menggunakan serial film changer dan meja pemeriksaan dinaikan sedikit, sehingga posisi kepala lebih tinggi dari kaki.
• Apabila diidentifikasi adanya obstruksi pada saluran empedu selanjutnya dipersiapkan untuk laparatomi.



PERAWATAN PASIEN
• Temperatur, nadi dan tekanan darah dicek setiap saat (15 menit, 4 jam dan selanjutnya sampai 24 jam.
• Dan selanjutnya diobservasi sampai 48 jam apabila terindikasi adanya perdarahan dan kebocoran empedu.

Trnslate by

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google