30 Januari 2010

Teknik Radiografi Skull (Proyeksi AP)

Patologi yang Ditampakkan
Skull fraktur (medial dan lateral dsplasment) neoplastic process dan paget’s disease.

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Posisi Pasien
Supine atau erect

Posisi Obyek
• Atur bagian kepala posterior menempel meja/permukaan bucky
• Fleksikan leher agar OML tegak lurus IR
• Atur MSP tegak lurus midline grid atau meja/permukaan bucky



Central Ray
Tegak Lurus

Central Point
Glabella

FFD
40 inci (100)
Tahan nafas saat eksposi

Struktur yang ditampakkan
Orbita terisi oleh bayangan pyramid petrosum, posterior etmoidal air cell, krista galli, frontal sinus. Dorsum sellae tampak seperti kurva yang berada di antara dua orbita tepat di bawah etmoid air cell.

Teknik Radiografi Skull (Mastoid : Proyeksi Axiolateral Schuller Method)

Patologi yang ditampakkan
Proyeksi ini menampakkan beberapa kelainan pada processus mastoideus. kedua sisi diperiksa sebagai perbandingan.

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 18 x 24
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
Persiapan Pasien
Instruksikan pasien untuk melepaskan benda-benda logam pada daerah kepala

Posisi Pasien
Semiprone

Posisi Obyek
• Atur MSP sejajar dengan meja/permukaan bucky
• Atur interpupilary line tegak lurus terhadap meja/permukaan bucky
• Lipat daun telinga yang terdekat dengan IR
• Pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting



Central Ray
250 ke Caudal

Central Point
1½ (4 cm) inci superior dan 1½ (4 cm) posterior MAE

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi

Struktur yang ditampakkan
Tampak Os mastoid yang dekat dengan kaset

20 Januari 2010

Teknik Radiografi Skull (Proyeksi AP Axial Towne Method)

Patologi yang ditampakkan
Pada pemeriksaan sella tursika metode ini dilakukan untuk menunjukkan adanya pituitary adenomas.

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Posisi Pasien
Supine atau erect

Posisi Obyek
• Atur bagian kepala posterior menempel meja/permukaan bucky
• Fleksikan leher agar IOML tegak lurus IR
• Atur MSP tegak lurus midline grid atau meja/permukaan bucky



Central Ray
• 30 derajat ke caudad apabila OML tegak lurus IR
• 37 derajat ke caudad apabila IOML tegak lurus IR


Central Point
1,5 inchi (4 cm) superior glabella

FFD
40 inci (100)
Tahan nafas saat eksposi

Struktur yang ditampakkan
• 37 derajat : dorsum sella dan posterior clinoid process tampak berada pada foramen magnum.
• 30 derajat : anterior clinoid tampak dengan jelas, jauh dari kedua petrous ridge, berada diatas foramen magnum, dorsum sellae tampak diatas foramen magnum, superimposisi dengan occipital bone

Teknik Radiografi Skull (Proyeksi Lateral)

Patologi yang ditampakkan
Fraktur, neoplastic proscess, Paget’s disease, infeksi, tumor, degenerasi tulang. Pada kasus trauma gambaran skull lateral akan menampakkkan fractur horisontal, air-fluid level pada sinus sphenoid, tanda-tanda fraktur basal cranii apabila terjadi perdarahan intracranial.

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Posisi Pasien
Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim’s) Position

Posisi Obyek
• Atur kepala true lateral dengan bagian yang akan diperiksa dekat dengan IR
• Tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di depan kepala dan bagian yang lain lurus dibelakang tubuh
• Atur MSP sejajar terhadap IR
• Atur interpupilary line tegak lurus IR
• Pastikan tidak ada tilting pada kepala
• Atur agar IOML // dengan IR



Central Ray
Tegak lurus

Central Point
2 inchi superior MAE

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas pada saat eksposi.
Catatan : pada pasien dengan posisi recumbent pemberian fiksasi di bawah dagu akan membantu agar posisi dapat true lateral

Struktur yang ditampakkan
Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas

Teknik Radiografi Skull (Arc Zygomaticum : Proyeksi Submentovertical)

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 24 x 30
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Patology Yang Ditampakkan
Fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc zygomaticum

Posisi Pasien
Supine atau erect . Posisi erect akan membuat pasien merasa lebih nyaman

Posisi Obyek
• Hyperekstensikan leher hingga IOML // IR
• Vertex menempel pada IR
• Atur MSP tegak lurus meja/permukaan bucky
• Pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting
Posisi ini sangat tidak nyaman, sehingga usahakan agar pemeriksaan dilkakukan dengan waktu sesingkat mungkin



Central Ray
Tegak lurus

Central Point
4 cm inferior sympisis mentale setinggi MAE (pada pertengahan kedua angulus mandibula)

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi

Struktur yang ditampakkan
Arc zygomaticum

Teknik Radiografi Skull (Nasal Bone : Proyeksi Lateral)

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 18 x 24
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Patologi yang ditampakkan
Fraktur nasal bone. Dapat Dibuat foto perbandingan dengan sisi yang diperiksa berada dekat dengan IR.

Posisi Pasien
Prone atau Erect

Posisi Obyek
• Atur sisi lateral bagian yang akan diperiksa dekat dengan IR
• Atur nasal agar berada ditengah-tengah IR
• Atur kepala agar true lateral dan posisi tubuh pasien agak oblique agar pasien merasa nyaman
• Atur MSP sejajar terhadap permukaan meja/bucky.
• IOML tegak lurus terhadap IR



Central Ray
Tegak lurus terhadap IR
Central Point
½ inchi inferior nasion

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi. Untuk memperoleh hasil yang tajam, khususnya untuk detail tulang nasal yang lebih baik, gunakan fokus kecil, detail screen, dan batasi lapangan penyinaran (focus daerah nasal)

Struktur Yang Ditampakkan
Tulang nasal dengan soft tissue nasal, frontonasal suture, dan anterior nasal spine

Teknik Radiografi Skull (Parietoacanthio : Waters Method)

Persiapan Alat
• Pesawat Sinar-X
• Kaset dan Film 18 x 24
• Marker
• Lysolm
• Gonad shield
• Alat fiksasi

Persiapan Pasien
Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala

Patologi Yang Ditampakkan
Inflamantory condition (sinusitis, secondary osteomyelitis) dan polyp sinus

Posisi Pasien
Erect

Posisi Obyek
• Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan meja/bucky.
• Atur kepala sehingga MML (mentomeatal line) tegak lurus terhadap IR, OML akan membentuk sudut 370 derajat terhadap bidang IR.
• Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dengan tidak mengubah posisi atau ada pergerakan pada kepala dan MML menjadi tidak tegak lurus lagi
• Atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan grid atau permukaan meja/bucky.
• Pastikan tidak ada rotasi atau tilting



Central Ray
Tegak lurus terhadap IR
Central Point
MSP pada parietal menuju acanthio

FFD
40 inci (100 cm)
Tahan nafas saat eksposi

Struktur Yang Ditampakkan
Tampak bagian inferior Sinus maxillary bebas dari superimposisi dengan processus alveolar dan petrous ridge, inferior orbital rim, dan tampak gambaran sinus frontalis oblique. Sinus sphenoid tampak apabila pasien membuka mulut

Pengenalan Tindakan Pada Pasien Alergi Bahan Kontras

Pengertian
1. Alergi
Adanya penolakan tubuh atas masuknya zat asing ke dalam tubuh sehingga mengakibatkan adanya perubahan pada tubuh, yang ditandai dengan gejala berupa mual, muntah dan gatal-gatal.
2. Bahan Kontras
Merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik medik.
- bahan kontras positif (ionik dan non ionik)
- bahan kontras negatif
Ruang Lingkup
a. Reaksi Bahan Kontras & Tindakannya
Reaksi Bahan Kontras :
• Awal injeksi
• 20 – 40 menit setelah injeksi
• Jumlah obat yang diinjeksikan

1. Reaksi ringan
Rasa panas, bersin, urticaria (biduran), mual dan menjadi gelisah
Tindakan yang harus dilakukan :
• Tenangkan penderita
• Kendorkan pakaian penderita bila ketat
• Minta penderita u/ menarik nafas dalam & relax
• Jangan meninggalkan penderita di ruang radiologi sendiri & perhatikan kondisi penderita dengan seksama
• Bila tidak membaik, segera hubungi dokter atau perawat

2. Reaksi sedang/lebih berat :
 Penderita muntah
 Napas pendek & kulit pucat
 Keringat dingin & gelisah
 Denyut nadi cepat
Tindakannya :
• Tenangkan penderita
• Tinggikan kepala dan bahu penderita bila napasnya menjadi pendek.
• Bila muntah miringkan kepala ke satu arah untuk mencegah aspirasi muntahan.
• Bila ada tanda-tanda kolaps (kulit pucat, berkeringat, nadi cepat) naikkan kaki penderita dan rendahkan kepalanya
• Bila kondisi tidak cepat membaik, panggil dokter

3. Reaksi berat/fatal :
 Kulit pucat, berkeringat
 Napas amat dangkal
 Nadi cepat dan amat lemah
 Hilangnya kesadaran
 Jantung berhenti berdenyut
Tindakannya :
• Panggil dokter dan perawat
• Berikan oksigen
• Pastikanlah jalan napas tidak tersumbat
• Siapkan obat-obat emergency yang tersedia di ruang radiologi

b. Prosedur Tindakan
1. Jelaskan pada keluarga pasien dan lengkapi formulir persetujuan tindakan
2. Siapkan obat-obatan emergency untuk mengatasi reaksi sebelum bahan kontras diinjeksikan.
3. Setelah kontras diinjeksikan, jangan meninggalkan penderita di ruang radiologi sampai selesai pemeriksaan
4. Bila terjadi reaksi alergi, segera hubungi dokter dan perawat.
5. Selalu bekerja dengan tenang, tidak ribut-ribut atau panik bila terjadi reaksi alergi terhadap penderita.

Media Kontras BaSO4

Pengertian
Media kontras positif (opaque) yang umum dipergunakan untuk menunjukkan sistem gastrointestinal.

Bentuk
BaSO4 berbentuk powder (serbuk) putih, substansi yang berbentuk kapur.

Tekstur Dan Rasa
Barium sulfat seperti segelas susu kental atau milkshake yang cair. Bubuk barium sulfat homogen, sangat lembut, dan berwarna putih– sangat mirip dengan susu. Serbuk atau bubuk barium sulfat sebaiknya disimpan pada suhu ruangan (disarankan 25ºC). Rasanya seperti susu kental, hangat atau minuman yang cukup kental saat diminumkan. Rasa barium sulfat kurang enak, terkadang membuat pasien ingin muntah, dan ini tergantung bagaimana cara penyajian terhadap pasien. Beragam gambaran rasa BaSO4 ada yang hambar, puding vanila yang lengket, hingga agak asam, dengan rasa yang menggigit (menyengat) setelah dirasakan dan dapat memberikan sensasi panas setelah diminum







Sifat
Media kontras barium sulfat mempunyai beberapa sifat khas yaitu :
1. Tidak larut dalam air.
2. Dalam penggunaanya selalu dicampur dengan air agar lebih mudah dicerna pasien.
3. Saat dicampur dengan air, dia menyebabkan rasa tidak enak seperti mengendap dan lengket pada dinding2 atau lumen organ tubuh dalam.
4. Saat ini, telah banyak dikembangkan barium sulfat yang lebih baik terutama dari segi rasa.
5. Merupakan bahan kimia, dan apabila terkontaminasi barium karbonat dapat menjadi sangat beracun.
6. Barium sulfat yang dapat larut dalam air masih belum dikembangkan, tetapi hal ini sangatlah penting untuk dilakukan. Walau belum ada / blm dikembangkannya barium sulfat yang larut dalam air, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat kita memilih komposisi barium sulfat :


• Ukuran Partikel
Umumnya pertikel barium sulfat kasar, ± beberapa milimeter, proses penggilingan yang baik menyebabkan partikel barium sulfat memiliki ukuran 50 % dari partikel awal dan ukurannya antara 5 Ecm dan 151cm. Sedimentasi yang terjadi sebanding dengan ukuran partikel,semakin kecil uk, partikel Ba maka akan semakin stabil suspensi.
• Media Non-Ionic
Muatan partikel barium sulfat berpengaruh pada gugusan partikel. Partikel saling mengikat , dan semakin besar ukuran partikel maka endapan akan semakin banyak. Hal ini lebih banyak terjadi di lambung.
• Ph Solution.
pH barium sulfat harus antara 5-3. merupakan solution yang bersifat asam terutama setelah berada di lambung , sehingga lebih banyak mengendap di lambung.
• Palatability.
Umumnya penggilingan yang baik akan meminimalkan rasa yang tidak sama pada barium sulfat/campuran air, tetapi umumnya barium sulfat yang dijual saat ini menggunakan bahan penambah rasa . Barium sulfat/campuran air, biasanya ¼ berat/volume, dan memiliki viscositas/kekentalan 15-20 cp, suspensi tebal atau tipis sama-sama dapat dipergunakan. Barium sulfat yang dijual mengandung carbomethyl cellulose (raybar, Barosperse) yang menahan air dan mencegah pengendapan barium di usus kecil

Pembentukan
Barium sulfat adalah salah satu garam barium yang sifatnya paling tidak larut dalam air. Barium sulfat dihasilkan dalam proses pemecahan senyawa sulfuric acid terlebih dahulu untuk menghasilkan asam sulfat (acid sulfate) secara dilusi. Reduksi dengan melakukan pemanasan menggunakan arang menghasilkan barium sulfide :
BaSO4 + 4C + heat → BaS + 4CO
Reaksi terjadi saat pemanasan dengan aluminium atau terjadi ledakan saat dicampur potassium.

Cara Pakai
Media kontras BaSO4 biasanya dikonsumsi dengan cara :
1. Oral (BaSO4 ditelan melalui mulut)
2. Enema (BaSO4 dimasukkan melelui anus)

Efek Samping
Umumnya efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan diare. Biasanya dirasakan setelah 15 menit konsumsi BaSO4. Diare dan mual mungkin terjadi sampai sehari setelah pemeriksaan dilakukan. Tetapi dengan melakukan pengaturan makan secara normal, hal tersebut dapat diminimalisasi. Efek samping yang mungkin terjadi yang sifatnya jarang adalah sakit kepala.

Penanganan Pasien Gawat Darurat (PPGD)

Pengertian
Merupakan kesinambungan perawatan dan pelayanan gawat darurat mencakup pelayanan pra Rumah Sakit dan di luar Rumah Sakit. Pelayanan pra RS mencakup dukungan, instruksi, pelayanan dan tindakan yang diberikan sejak saat dimulainya permintaan pelayanan gawat darurat hingga pasien dikirim ke RS. Pelayanan di luar RS mencakup semua aspek pelayanan dan tindakan yang diberikan petugas pelayanan gawat darurat, sebelum adanya tindakan rawat inap.

Tujuan PPGD
o Menyelamatkan jiwa si penderita
o Menciptakan lingkungan yang aman bagi si penderita
o Mencegah yang terluka atau sakit menjadi lebih buruk
o Mencegah kecacatan
o Melindungi korban yang tidak sadar
o Merawat penderita saat dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan
o Menenangkan penderita atau korban yang terluka
Perbedaannya dengan P3K terletak pada sisi profesionalisme pada penanganan pasien dan dilakukan hanya oleh tenaga medis setelah adanya permintaan pelayanan gawat darurat. Jadi tujuan PPGD intinya mencakup menyelamatkan jiwa si penderita dengan protap ataupun penanganan pasien secara profesional.

Tindakan PPGD
- Tindakan pra RS mencakup upaya resusitasi dan stabilisasi penderita, komunikasi dengan dokter, penanggulangan lokasi dan pengangkutan pasien.
- Tindakan di luar RS mencakup adanya ketentuan/protap yang jelas di UGD RS tentang pelayanan gawat darurat termasuk kesiapan alat dan perangkat RS serta pemberian informasi kepada keluarga pasien bila kondisi pasien membutuhkan tindakan darurat. Ingat, keputusan akan tindakan medis termasuk resusitasi adalah hak ekslusif pasien.
- Secara teknis, tindakan PPGD tergantung pada akses dan komunikasi antara yang meminta dan yang memberi pertolongan serta jenis pertolongan gawat darurat yang diinginkan.
- misalnya, dalam tindakan pra RS pada kasus pasien tenggelam berbeda penanganannya untuk pasien kebakaran sehingga informasi kepada penyedia layanan juga harus jelas supaya peralatan yang dibawa sesuai.

16 Januari 2010

Teknik Radiografi Columna Vertebrae Cervical

1. Pengertian
Teknik Radiografi Cervical adalah suatu teknik pemeriksaan pada bagian c.v. cervical dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa.

2. Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat Sinar-X
b. Marker
c. Kaset dan Film 18 x 24 cm
d. Gonad Shield

3. Persiapan Pasien
Instruksikan pasien agar melepaskan seluruh benda-benda logam pada daerah leher.

4. Proyeksi pada Teknik Radiografi C.V. Cervical
A. Proyeksi AP Axial
1. Posisi Pasien : Supine/Erect
2. Posisi Obyek :
a. Atur pertengahan MSP tubuh pada pertengahan bucky stand/meja pemeriksaan.
b. Ekstensikan dagu pasien sehingga Occlusal Plane tegak lurus terhadap bucky stand/meja pemeriksaan



3. Central Ray : 150-200 cephalad
4. Central Point : Cervical ke-4 (Cartilage Tyroid)
5. FFD : 40 inchi (100 cm)
6. Struktur yang Tampak : Lima cervical terbawah, dua atau tiga korpus tulang thorakal, celah interpediculate, prossesus tranversum dan prossesus artikularis superimposisi, diskus intervertebralis

7. Kriteria Evaluasi :
• Area terlihat dari Cevical III sampai Thoracal II dan tampak soft tissue di sekitarnya.
• Bayangan mandibula dan occiput superimposisi di atas atlas dan sebagian besar dari axis.
• Diskus Intervertebralisnya terbuka
• Jarak prosesus spinosus sama jauhnya dari kedua pedikel dan berada pada pertengahan korpus c.v. cervical
• Jarak angulus mandibula dan prosesus mastoid sama jauhnya dari vertebra




B. Proyeksi Lateral
1. Posisi Pasien : Erect
2. Posisi Obyek :
• Atur pertengahan MCP tubuh pada pertengahan bucky stand stand.
• Atur kedua tangan pasien di belakang tubuh dan ditarik kebawah agar kedua bahu dalam satu garis horizontal.
• Elevasikan dagu agar ramus mandibula dan tulang cervical tidak superimposisi.



3. Central Ray : Horizontal
4. Central Point : Cervical ke-4 (Cartilage Tyroid)
5. FFD : 40 inchi (100 cm)
6. Struktur yang Tampak : Korpus cervical dalam posisi lateral, Pilar articularis, Interspace antar cervical, Lima zygapophyseal joint terbawah, Procesus spinosus
7. Kriteria Evaluasi :
• Ketujuh c.v. vertebrae terlihat
• Leher ekstensi sehingga ramus mandibula tidak overlapping dengan atlas atau axis
• Tidak ada rotasi atau tilting dari c.v. cervical yang mencakup terbukanya zygapophyseal joints dan diskus intervertebralis
• Tampak bentuk prosesus spinosus
• C.V. Cervical IV berada di pertengahan kaset
• Terlihat tulang dan soft tissue secara detail



C. Proyeksi AP Axial Oblique (RPO dan LPO)
1. Posisi Pasien : Semisupine/Erect. Tetapi sebaiknya menggunakan posisi erect karena selain nyaman bagi pasien juga mudah dalam memposisikan pasien
2. Posisi Obyek :
a. Erect
• Beritahu pasien untuk berdiri di depan bucky stand
• Atur tubuh pasien dalam posisi RPO atau LPO sehingga membentuk sudut 450 terhadap bucky stand
• Elevasikan dagu pasien sehingga mandibula tidak superimposisi dengan tulang cervical
b. Semisupine
• Beritahu pasien untuk supine di atas pemeriksaan
• Atur tubuh pasien dalam posisi RPO atau LPO sehingga membentuk sudut 450 terhadap meja pemeriksaan
• Jika ada beriksan alat fiksasi di bawah kepala dan punggung pasien
• Elevasikan dagu pasien sehingga mandibula tidak superimposisi dengan tulang cervical



3. Central Ray : 150-200 cephalad
4. Central Point : Cervical ke-4 (Cartilage Tyroid)
5. FFD : 40 inchi (100 cm)
6. Struktur yang Tampak : Intervertebral foramina, pedikel yang terjauh dari kaset, dan bagian lain dari tulang cervical, tampak korpus cervical dalam posisi oblique
7. Kriteria Evaluasi :
• Terbukanya intervertebral foramina yang terjauh dari kaset, dari c.v. cervical II-III sampai c.v. cervical VII-Thoracal I
• Terbukanya diskus intervertebralis
• Dielevasikannya dagu sehingga tidak overlap atlas dan axis
• Tulang occipital tidak overlappingdengan axis
• C.V. Cervical I-VII dan Thoracal I





D. Proyeksi PA Axial Oblique (RAO dan LAO)
1. Posisi Pasien : Semiprone/Erect. Tetapi sebaiknya menggunakan posisi erect karena selain nyaman bagi pasien juga mudah dalam memposisikan pasien
2. Posisi Obyek :
a. Erect
• Beritahu pasien untuk berdiri di depan bucky stand
• Atur tubuh pasien dalam posisi RPO atau LPO sehingga membentuk sudut 450 terhadap bucky stand
• Elevasikan dagu pasien sehingga mandibula tidak superimposisi dengan tulang cervical
b. Semisupine
• Beritahu pasien untuk supine di atas pemeriksaan
• Atur tubuh pasien dalam posisi RPO atau LPO sehingga membentuk sudut 450 terhadap meja pemeriksaan
• Jika ada beriksan alat fiksasi di bawah kepala dan punggung pasien
• Elevasikan dagu pasien sehingga mandibula tidak superimposisi dengan tulang cervical





3. Central Ray : 150-200 cephalad
4. Central Point : Cervical ke-4 (Cartilage Tyroid)
5. FFD : 40 inchi (100 cm)
6. Struktur yang Tampak : Intervertebral foramina, pedikel yang terdekat dari kaset, dan bagian lain dari tulang cervical, tampak korpus cervical dalam posisi oblique
7. Kriteria Evaluasi :
• Terbukanya intervertebral foramina yang terjauh dari kaset, dari c.v. cervical II-III sampai c.v. cervical VII-Thoracal I
• Terbukanya diskus intervertebralis
• Dielevasikannya dagu sehingga tidak overlap atlas dan axis
• Tulang occipital tidak overlappingdengan axis
• C.V. Cervical I-VII dan Thoracal I



13 Januari 2010

Prosedur Dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Tujuan utama pertolongan adalah untuk :
• Mempertahankan penderita tetap hidup
• Membuat keadaan penderita tetap stabil
• Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
Sangat penting untuk mengetahui tahap – tahap pemberian pertolongan pertama, terutama pada keadaan yang membahayakan jiwa. Misal dimana denyut jantung dan pernapasan telah berhenti, pendarahan, tersedak, tenggelam, tersengat aliran listrik, dan keracunan. Idealnya, pemberi pertolongan pertama sebaiknya pernah mengikuti kursus cara – cara pertolongan pertama. Tetapi setiap orang, baik telah mengikuti kursus atau belum, seharusnya berusaha untuk memberikan pertolongan pertama pada kasus gawat darurat dimana jiwa penderita terancam. Baca dan pelajari langkah – langkah yang harus dilakukan dalam keadaan yang mengancam jiwa seseorang, dan lakukan dengan tenang dan penuh percaya diri.

Tahapan – tahapan penting dalam P3K
Pada keadaan gawat darurat, berikan pertolongan pertama dengan urutan sebagai berikut :
(Ingat bila pernapasan berhenti dalam 2-3 menit akan terjadi kerusakan otak dan dalam 4-6 menit akan terjadi kematian)
1. Bila mungkin, minta orang lain untuk memanggil dokter / ambulan, sementara anda melakukan pertolongan pertama.
2. Periksa pernapasan. Bila berhenti, segera mulai dengan pernapasan (resusitas) mulut ke mulut. Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernapas kembali kecuali pada penderita kasus tersedak.
3. Periksa adanya pendarahan hebat. Bila ada, hentikan pendarahan.
4. Bila menduga adanya cedera tulang belakang, jangan merubah posisi penderita. (Cedera tulang belakang bisa terjadi bila penderita jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas yang serius, atau mengalami rasa kebal / hilang rasa / tidak bisa menggerakkan anggota tubuh atas ataupun bawah).
5. Bila penderita pingsan tetapi pernapasan normal tanpa cedera tulang belakang, baringkan dalam posisi istirahat.
6. Jangan meninggalkan penderita sebelum petugas medis datang. Bila anda sendirian dan tidak mungkin memanggil petugas medis, tetapi tidak ada cedera tulang belakang dan keadaan penderita cukup stabil, bawa penderita ke unit gawat darurat di rumah sakit / Puskesmas terdekat.

Resusitas dari mulut ke mulut
Penolong bisa melakukan langkah – langkah :
1. Baringkan penderita terlentang pada alas yang keras.
2. Tolong lehernya, dan tengadahkan kepala supaya jalan napas lurus.
3. Buka mulut dan angkat setiap sumbat (termasuk gigi palsu) dengan jari – jari Anda.
4. Pencet hidung sampai tertutup.
5. Ambil napas panjang, dan tutupkan mulut Anda ke mulut penderita.
6. Hembuskan napas kuat – kuat ke dalam mulut penderita cukup stabil, bawa penderita ke unit gawat darurat di rumah sakit / Puskesmas terdekat.
Baca dan pelajari langkah – langkah yang harus dilakukan pada keadaan yang mengancam jiwa dan lakukan dengan tenang serta penuh percaya diri.

Resusitas jantung paru – paru (Cardiopulmonary Resuscitation/CPR)
Ini adalah langkah – langkah penyelamatan jiwa seseorang dimana denyut jantung telah berhenti. CPR adalah kombinasi dari masase jantung dari luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan CPR dengan seharusnya Anda sudah mengikuti latihan sehingga berkurang kemungkinan Anda melakukan kesalahan yang malah bertambah cedera pada penderita. Instruksi di bawah ini adalah untuk penyegaran kembali :

Apa yang bisa dilakukan penolong
1. Berlutut di samping penderita.
2. Letakkan dasar telapak tangan pada dasar telapak tulang dada, dan tumpangkan dasar telapak tangan Anda yang lain di atas telapak tangan yang pertama. Jari – jari tangan jangan menyentuh dada.
3. Dengan lengan yang lurus, condongkan badan ke muka sehingga bahu Anda di atas tulang dada penderita.
4. Tekan tulang dada ke bawah sampai 4-5 cm pada orang dewasa.
5. Dengan kedua tangan tetap di dada penderita, condongkan badan ke belakang dan biarkan tulang dada penderita kembali ke posisi normal.

Prosedur Pemeriksaan Tanda Vital Keperawatan

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular; frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan; dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardio¬vaskular, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling ber¬hubungan dan saling memengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas berat/dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator ada¬nya gangguan sistem tubuh.
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau per¬kembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada klien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap per¬ubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksa¬naan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan yang lain. Tingkat kega¬watan pasien seperti pada kondisi pasien yang kritis akan membutuhkan pengawasan terha¬dap tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis demikian se¬baliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan, dan pengukuran tekanan darah.

1.1 Pengukuran Suhu
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indi¬kator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal, dan aksila.

1.1.1 Tujuan tindakan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.

1.1.2 Alat dan Bahan
1. Termometer
2. Tiga buah botol
• botol pertama berisi larutan sabun
• botol kedua berisi larutan desinfektan
• botol ketiga berisi air bersih
3. Bengkok
4. Kertas/tisu
5. Vaselin
6. Buku catatan suhu
7. Sarung tangan

1.1.3 Prosedur kerja
1.1.3.1 Pemeriksaan suhu oral
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Atur posisi pasien (manusia coba).
5. Tentukan letak bawah lidah.
6. Turunkan suhu termometer di bawah 34°¬ - 35°C.
7. Letakkan termometer di bawah lidah se¬jajar dengan gusi.
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit.
9. Angkat termometer dan baca hasilnya.
10. Catat hasil.
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
12. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

1.2 Pemeriksaan Denyut Nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular. Denyut nadi da¬pat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan de¬ngan alat elektronik yang sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat dila¬kukan pada daerah arteri radialis pada perge¬langan tangan, arteri brakhialis pada siku bagi¬an dalam, arteri karotis pada leher, arteri tem¬poralis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.

1.2.1 Tujuan
1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan).
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskular.

1.2.2 Alat dan Bahan
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan nadi
3. Pena

1.2.3 Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung).
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan meng¬gunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan.
7. Catat hasil.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

1.3 Pemeriksaan Pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.

1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.

1.3.2 Alat dan bahan
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena

1.3.3 Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

1.4 Pemeriksaan Tekanan Darah
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung: metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memer¬lukan persyaratan dan keahlian khusus; metode tak langsung: metode yang menggunakan sfig¬momanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang meng¬ukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop.

1.4.1 Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah.

1.4.2 Alat dan bahan
1. Sfigmomanometer (tensimeter) yang ter¬diri dari:
• manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
• manset udara
• slang karet
• pompa udara dari karet + sekrup pem¬buka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital
4. Pena

1.4.3 Prosedur kerja
1.4.3.1 Cara palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju di buka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat ¬maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa uda¬ra berlawanan arah jarum jam.
11. Catat mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini me¬nunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12. Catat hasil.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

1.4.3.2 Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur da¬lam posisi telentang.
5. Buka lengan baju.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan ter¬lalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara per¬lahan dan berkesinambungan dengan me¬mutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali terdengar kembali denyut.
13. Catat tinggi air raksa pada manometer:
 Suara Korotkoff I: menunjukkan besar¬nya tekanan sistolik secara auskultasi.
 Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara aus¬kultasi.
14. Catat hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Pemilihan Media Kontras Intravaskular Dalam Pemeriksaan CT Scan

CT Scan adalah salah satu pencitraan diagnostic canggih yang sering dan rutin dilakukan untuk penegakan diagnosa saat ini. Ada beberapa pemeriksaan CT Scan yang rutin dilakukan yaitu : pemeriksaan CT Scan kepala, CT Scan Thorax, CT Scan abdomen, CT Scan Angiografi dan lain-lain.
Penggunaan media kontras sebagai media yang memberikan perbedaan kontras dengan jelas, sangat diperlukan dalam pemeriksaan CT Scan. Salah satu media kontras yang biasa digunakan dalam pemeriksaan CT Scan adalah media kontras intravascular. Penggunaan media kontras intravascular yang memberikan efek yang positif terhadap peningkatan kualitas gambaran radiograf juga memberikan efek negative yang tidak dapat dihindarkan seperti penggunaan farmasetika lainnya. Sebelum memutuskan untuk menggunakan media kontras intravascular dalam pemeriksaan CT Scan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan tentang media kontras, yaitu jenis media kontras, komposisi, efek negative yang ditimbulkan serta penanganan yang dilakukan untuk mengatasi efek negative yang timbul. Secara umum untuk menentukan baik tidaknya atau aman tidaknya media kontras dipergunakan dalam pemeriksaan CT Scan dibandingkan dengan keuntungan yang didapat, maka ada beberapa hal umum yang harus kita ketahui tentang media kontras. Beberapa hal yang harus kita ketahui mengenai media kontras adalah :
I.1. PENGERTIAN MEDIA KONTRAS
Yang dimaksud dengan media kontras adalah suatu bahan untuk melihat jaringan tubuh yang tidak terlihat (samar) dalam pemeriksaan radiodiagnostik (seperti : X-ray, magnetic, ultrasound). Organ tubuh yang dimaksud seperti : usus, rongga tubuh, saluran kemih/ampedu, tuba faloppi, ginjal, pembuluh darah, tumor, limpa, kelenjar, sumsum tulang, cairan tubuh, dll.

I.2.JENIS MEDIA KONTRAS
Media kontras secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu :
I.2.1. MEDIA KONTRAS POSITIF (+)
Media kotras (+) memberikan efek gambaran opaque (putih) dalam radiograf. Tersusun dari bahan yang mempunyai nomor atom lebih tinggi dari jaringan dan aman terhadap kemampuan interstitial tubuh.
I.2.2.MEDIA KONTRAS NEGATIF (-).
Media kontras (-) memberikan efek gambaran luzen (hitam) dalam radiograf. Tersusun dari bahan yang mempunyai no atom yang lebih rendah dari jaringan. Tidak dapat dimasukkan pada organ-organ tertentu misal pembuluh darah.
Salah satu jenis media kontras (+) yang paling sering dipergunakan untuk pemeriksaan radiografi baik konvensional, sedang dan canggih yang cara pemasukannya melalui pembuluh darah baik dimasukkan melalui intravena ataupun arteri langsung adalah media kontras intravascular. Media kontras ini memberikan “contras enhancement” yang lebih baik karena memiliki no atom lebih tinggi dari jaringan. Selain itu media kontras jenis intravaskular sangat mudah untuk diserap oleh lumen atau sel tubuh, sehingga meskipun masuk ke dalam pembuluh darah, tidak menyebabkan vaskularisasi tubuh.
Bahan yang sering dipergunakan pada bahan media kontras intravaskuler adalah komposisi yang mengadung iodiom. Iodium merupakan atom yang cukup besar, mempunyai dentsitas yang tinggi, dapat menghambat sinar-X, mempunyai opasitas yang baik, sehingga merupakan media kontras yang efektif.
Sifat senyawa Iodium yaitu :
1. Larut dalam dalam air
2. Mengandung ion yang sering disebut Media kontras ionic
Tidak mengandung ion disebut media kontras nonionic.
Perbedaan kedua media kontras tersebut diatas terletak pada 3 hal utama yaitu : nilai osmolalitas (menyebabkan tekanan darah meningkat, sensasi rasa panas dan panas), Ion charge (perubahan EEG, gangguan neurologis, bradikardia) dan kemotoksisitas (menyebabkan muntah, nausea, reaksi alergi, broncospasme, dan reaksi anafilaktik).
Media kontras Iodium yang larut dalam air dibedakan menjadi 4 yaitu :
1. Monomer ionic
Biasa digunakan dalam oral cholegrafi (Iopodote, Iocetamic acid, dll), dan Uro/angiografi (Iothalamate, diatrizoat, Ioxithalamat, ioglicic Acid, Iodamic acid).
2. Monomer nonionic
Biasa digunakan dalam uro/angiografi (seperti iopamidol, Iohexol, Iopramide, Ioversol, Iopentol).
3. Dimer ionic
Biasa digunakan dalam i.v cholegrafi (Iodipamic Acid, iodoxamid acid, Iotroxic acid) dan Angiografi ( Ioglaxic Acid).
4. Dimer nonionic
Biasa digunakan untuk pemeriksaan myelografi (seperti Iotrolan).
I.3. KOMPOSISI YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MEDIA KONTRAS.
I.3.1. OSMOLALITAS
Yang dimaksud osmolalitas adalah tekanan osmotic yang didapat pada partikel yang dilarutkan dalam sebuah larutan tertentu.
Semakin tinggi tekanan osmotic, maka semakin buruk tingkat toleransi suatu media kontras dalam tubuh, sebaliknya semakin mendekati tekanan osmotic darah ( 300 mOsm/Kg ) suatu kontras media semakin baik toleransinya.
Secara klinis pengaruh osmolalitas adalah :
- Rasa panas, tidak nyaman, nyeri
- Kerusakan pada pertahanan otak
- Kerusakan ginjal
- Gangguan keseimbangan elektrolit pada anak-anak

I.3.2. MOLEKUL IODIUM
Semakin tinggi jumlah molekul iodium yang dikandung oleh media kontras, makin tinggi kontras/opasitas image yang dihasilkan.
I.3.3. PROTEIN BINDING
Semakin tinggi daya ikat suatu bahan media kontras terhadap jaringan atau sel tubuh (protein) semakin tinggi chemotoxicity atau daya racun bahan media kotras tersebut (lama bertahan dalam tubuh).
I.3.4. KEKENTALAN / VISCOSITAS
Semakin tinggi viskositas suatu media kontras, semakin lama proses penyuntikan yang dilakukan, semakin sakit..
I.3.5. HISTAMIN RELEASE
Menunjukkan tingkat kepekaan/penolakan tubuh terhadap benda asing yang masuk. Semakin tinggi tingkat histamine release oleh suatu media kontras semakin tinggi tingkat alergi pada pasien.
I.4. EFEK NEGATIF PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS INTRAVASCULAR
Selain memberikan efek positif berupa peningkatan “contras enhancement” pada gambaran radiograf sehingga organ mudah untuk dinilai secara radiografi, penggunaan media kontras intravascular juga memberikan efek negative pada pasien yang dilakukan pemeriksaan dengan pemasukan media kontras. Efek samping negative yang paling utama adalah bersifat ringan atau sedang, tidak mengancam kehidupan dan yang diperlukan hanya observasi dan pemberian dukungan. Terkadang reaksi yang mengancam kehidupan terjadi segera atau hanya dalam waktu 20 menit pertama setelah pemasukan media kontras.
Secara garis besar efek negative penggunaan media kontras intravascular dibedakan menjadi 2 yaitu :


I.4.1. EFEK NEGATIVE TERHADAP GINJAL
Efek negative pada ginjal dapat berupa CIN ( Contras Media Induced Nepropathy). Merupakan efek gangguan fungsi ginjal yang timbul setelah 3 hari pemasukan media kontras intravascular dilakukan tanpa adanya penyebab lain.
Kelainan fungsi ginjal ini ditandai dengan peningkatan kadar serum dan creatinin yang melebihi nilai 25 % dari baseline atau 44 µmil/l (0,5 mg/dl).
Faktor-faktor yang memperbesar resiko gangguan ginjal adalah :
• Dehidrasi
• Media kontras dalam jumlah besar.
• Adanya gangguan ginjal sebelumnya
• Diabetes mellitus
• Obat-obatan nefrotoksik
• Paraproteinuria
• Penyakit kardiovascular
• Usia lajut ( >70 th)
• Hiperurisemia dan menggunakan diuretik
I.4.2. EFEK NEGATIVE PADA NON GINJAL
Efek negative pada non ginjal berupa urtikaria, hipotensi, bronkospasme, kejang, laryngeal oedema.
I.5.JENIS REAKSI DARI PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS INTRA VASCULAR.
Secara umum, jenis reaksi dari media kontras yang paling mengancam pasien adalah tidak diantisipasinya kejadian terburuk yang terjadi secara langsung, akibat kelainan fungsi tubuh seperti reaksi anaphylactoid atau collaps cardiovascular.
Terdapat beberapa rekasi umum yang terjadi pada orang dewasa dan anak-anak akibat penggunaan media kontras intravascular, yaitu :


I.5.1. REAKSI UMUM PADA ORANG DEWASA
Jenis reaksi yang terjadi pada pasien dewasa secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 , yaitu :
I.5.1.1. REAKSI RINGAN
Berupa rasa mual, muntah, yang meningkat pada penggunaan media kontras High Osmolality (HOMK). Urtikaria juga meningkat dengan penggunaan HOMK ionic. Beberapa reaksi biasanya bersifat ringan walaupun urtikaria bisa menjadi gejala yang sedang. Tidak ada penanganan khusus yang diberikan, tetapi sebagai catatan, mungkin saja mereka mengalami reaksi yang lebih berat.
Pada pasien dengan beberapa reaksi, harus dilakukan monitoring setidaknya 20-30 menit untuk memastikan tidak tejadinya penurunan kondisi. Reaksi ringan lainnya meliputi rasa panas yang merupakan respon psikologis terhadap kontras agen dengan osmolalitas tinggi, difusi erithema, yang menyebabkan peningkatan reaksi, dan hipotensi ringan.
I.5.1.2.REAKSI SEDANG
Berdasarkan pengertiannya, sifatnya tidak mengancam hidup (walau hal itu mungkin saja terjadi), tetapi terjadinya reaksi ini membutuhkan penanganan yang cukup, mencakup gejala urtikaria, reaksi vasofagal, bronchopasme, tachycardia dan edema laringeal ringan. Reaksi sedang membutuhkan monitoring hingga benar-benar pulih. Pengobatan mencakup diphenhydramine untuk gejala sesak nafas, pergerakan kaki untuk hipotensi, penggunaan beta-agonist inhaler untuk bronchospasme, atau enenephrine untuk edema laryngeal.


I.5.1.3.REAKSI BERAT
Merupakan kejadian buruk yang bersifat potensial atau mengancam kehidupan. Walaupun jarang, adalah suatu keharusan untuk semua personel yang menyuntikkan media kontras untuk awas. Pasien mungkin telah mengalami berbagai gejala dan tanda-tanda yang beragam, mulai dari difusi erythema sampai berhentinya detak jantung. Reaksi ini mencakup reaksi vasovagal, bronchopasme berat dan sedang, laryngeal edema sedang dan berat, penglihatan kabur, dan berhentinya detak jantung.
I.5.1.4. REAKSI PADA ORGAN SPESIFIK
Meliputi PEA ( pulseless electrical activity ), edema pulmo, mendengkur. Thrombosis venus bisa terjadi akibat respon dari pemasukan media kontras. Efek terhadap ginjal memerlukan perhatian yang lebih dalam beberapa tahun terakhir, dengan penambahan populasi dan peningkatan kegunaan pemeriksaan CT dan kateterisasi yang membutuhkan injeksi media kontras dalam jumlah besar. Pathogenesis dari kerusakan akibat kontras pada ginjal tidaklah jelas, dan mungkin saja itu terjadi akibat mekanisme yang multiple.
I.5.2. REAKSI NEGATIF PADA ANAK-ANAK
Jumlah Reaksi kontras pada anak-anak lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa. Mereka cenderung memiliki reaksi anaphylactoid dibandingkan dengan masalah jantung. Telah dilaporkan adanya reaksi ringan sebesar 3% untuk media kontras ionic dan 0,9% untuk LOMK (Low Osmolality Media Kontras). Dalam beberapa reaksi yang jarang terjadi, LOMK memiliki kelebihan menurunkan reaksi muntah, mual, dan mengurangi morbiditas dari ekstravasasi jaringan lunak.
Pada anak-anak jenis reaksi akibat penggunaan media kontras adalah :
1.5.2.1.Reaksi ringan
Meliputi hives, rhinorhea, dan mendengkur. Personal yang sudah terlatih harus mengevaluasi secepatnya.
1.5.2.2.Reaksi berat
Meliputi bronchospasme, laryngeal oedema, shock anaphylactoid, edema pulmonary, dan berhentinya detak jantung.
I.6. KEJADIAN AKIBAT PEMASUKAN MEDIA KONTRAS.
Kejadian terkini dari efek samping yang bersifat negative setelah pemasukan media kontras secara intravascular adalah sangat sulit untuk dijelaskan sejak tanda-tanda dan gejala yang sama timbul akibat penggunaan obat-obatan secara bersamaan, analisis local, jenis catheter dan hal-hal lain.
Penggunaan media kontras ionic dan nonionic dengan low osmolalitas beruhubungan dengan penurunan efek samping negative media kontras terutama efek yang tidak mengancam kehidupan (efek ringan dan sedang). Reaksi serius dari penggunaan media kontras bersifat jarang dan terjadi dalam 1 atau 2/1000 pemeriksaan menggunakan HOMK (High Osmolality Media Kontras) dan 1-2/10000 pemeriksaan menggunakan low osmolality media kontras (LOMK).
Kejadian langsung yang bersifat fatal dari reaksi bahan media kontras juga tidak diketahui alasannya, sama seperti tersebut diatas. Walau reaksi yang paling serius terjadi dalam waktu segera setelah pemasukan media kontras, reaksi tertunda telah banyak dilaporkan terjadi dengan rata-rata kejadian 2%. Sebagian besar reaksi tertunda adalah pada cutaneus dan akhirnya sebagian besar dari kejadian ini dihubungkan dengan penggunaan media kontras nonionic dan kebanyakan dilaporkan terjadi setelah penggunaan salah satu agen kontras dimer nonionic. Reaksi cutaneus ini bersifat ringan dan diketahui setelah jangka waktu 1 minggu, dan kemungkinan bisa bersifat serius.
Iodium “mumps” (pembengkakan kelenjar saliva) dan gejala polyarthropathy adalah dua resiko tertunda yang dapat terjadi pada penggunaan HOMK dan LOMK dan paling sering terjadi pada pasien dengan disfungsi ginjal.
I.7. SELEKSI PASIEN DAN TEKNIK PEMERIKSAAN
I.7.1. ANJURAN UMUM
Pendekatan pada pasien memiliki 2 tujuan khusus untuk menanggulangi reaksi dan kejadian dan untuk mempersiapkan secara penuh penanganan reaksi yang mungkin terjadi. Beberapa petunjuk dari American College of Radiation (ACR) mengacu pada pemilihan LOMK dibandingkan dengan HOMK.
Riwayat yang diketahui harus terfokus pada faktor yang menunjukkan kontra indikasi penggunaan media kontras atau peningkatan reaksi yang terlihat.
Prediksi terhadap kemungkinan alergi, seperti alergi terhadap ikan laut/produk lainnya yang dahulu diperkirakan dapat membantu, saat ini diketahui sudah tidak mendukung. Beberapa pasien yang menyatakan memiliki alergi pada makanan atau media kontras harus diberi pertanyaan yang lebih mendetil untuk memperjelas jenis dan reaksi alergis lainnya.
Kategori spesifik dari resiko yang lain adalah kelainan ginjal. Adanya penyakit jantung juga merupakan sebuah pertimbangan khusus. Pasien yang memiliki penyakit jantung memiliki resiko yang tinggi terhadap pengunaan media kontras.
Ada beberapa faktor resiko lain yang membutuhkan penanganan khusus, seperti paraproteinemias, multiple myeloma, juga diketahui pemicu dari kemungkinan kerusakan ginjal yang tidak terlihat setelah pemasukan media kontras.
Pada ibu hamil dan bayi, volume kontras adalah hal penting yang harus diperhatikan karena volume darah yang rendah (adanya hipotensi) dari pasien dan hipertoxicity dari media kontras nonionic monomer.
Pasien diabetic yang mengkonsumsi oral antihyperglycemic agen meformin atau kombinasi metformin juga memiliki resiko. Kombinasi pengunaan media kontras dan metformin harus dihindari pada pasien dengan disfungsi ginjal, disfungsi hati, mengkonsumsi alkohol, atau beberapa kelainan kongenital jantung, karena semua kondisi ini memiliki batas eksresi metformin atau peningkatan produksi lactate dan peningkatan gejala-gejala yang tidak dapat dilihat, kemungkin fatal, lactit acidosis.
Pada pasien dengan pheochromocytoma ditemukan peningkatan nilai serum catecholamine setelah penyuntikan media kontras high osmolalitas (HOMK) ionic.
Pasien lain yang juga tidak direkomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan dengan media kontras adalah pasien dengan hyperthyroid atau penyakit thyroid lainnya.
Extravasasi dan rasa sakit adalah akibat lain dari efek negative yang memerlukan perhatian secara preprocedural.
Prinsip utama dari pemilihan pasien dan teknik persiapan yang memerlukan perhatian adalah 4 Hs ,yaitu :
-History : riwayat merupakan langkah awal yang sangat diperlukan untuk dievaluasi
-Hydrations : harus cukup pada semua pasien dan sangat penting untuk pasien dengan disfungsi ginjal/paraproteinemia.
-Have equipment and expertise ready: reaksi serius jarang terjadi, tapi menentukan cara untuk bertindak dan mengobati memerlukan perencanaan sebelumnya dan pasien tidak boleh ditinggalkan saat terjadinya reaksi dengan media kontras.
-Heads up : waspada terhadap resiko spesifik, keadaan pasien, reaksi yang mungkin terjadi, dan penanganan yang terbaik untuk mereka, serta dimana dan bagaimana mendapatkan pertolongan.
I.8. PENCEGAHAN TERHADAP EFEK NEGATIF PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS
Pencegahan terhadap efek negative pengunaan media kontras dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
I.8.1. PENCEGAHAN EFEK NEGATIVE PADA GINJAL
Pencegahan efek negatif pada ginjal dapat dilakukan dengan cara:
1) Hidrasi
Yaitu oral, 500 ml sebelum prosedur 2500 ml dalam 24 jam setelah prosedur.
Kemudian pemberian IV saline, 0,9% dengan kecepatan 100ml/jam yang dilakukan 4 jam sebelum prosedur, dan 24 jam setelah prosedur.
2) Penghentian penggunaan metformin pada pasien dengan indikasi diabetes.
Tetapi jika abnormal maka metformin harus dihentikan 48 jam sebelum pemasukan media kontras dan dipergunakan kembali 48 jam setelah pemasukan media kontras.
Apabila hasil pengukuran ureum dan kreatinin normal, maka pemasukan media kontras dapat dilakukan.
Untuk semua pasien dengan suspek disfungsi ginjal atau penyakit lainnya yang memiliki resiko terhadap kontras nephrotoxicity, pengukuran nilai baseline ureum dan kreatinin harus dilakukan sebelum penyuntikan media kontras. Jika dari hasil pemeriksaan menunjukkan adanya disfungsi ginjal, maka harus dilakukan alternative pemeriksaan yang lain. Anjuran yang harus diperhatikan yaitu dengan membuat jarak yang cukup jauh antar pemeriksaan dengan menggunakan media kontras dan menurunkan dosis kontras yang dipergunakan.
Indikasi yang dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan ureum dan kreatinin sebelum pemeriksaan dengan menggunakan media kontras adalah :
 Pasien dengan riwayat penyakit ginjal seperti tumor dan transplantasi
 Riwayat keluarga dengan kegagalan ginjal.
 Penderita diabetes yang menggunakan insulin atau obat-obatan lainnya.
 Gejala dan penyakit paraproteinemia
 Penyakit collagen vascular
 Pengobatan khusus.
 Metformin atau kombinasi obat yang mengandung metformin
 Obat Nonsteroidal anti inflamantory
 Penggunaan anti biotic nephrotoxyc yang rutin seperti aminoglycosides.
Pasien lain yang tidak memiliki indikasi selain indikasi tersebut diatas, tidak memerlukan pemeriksaan nilai ureum dan kreatinin sebelum pemeriksaan.
II.8.2. PENCEGAHAN EFEK NEGATIVE PADA NON GINJAL
Salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah efek negative pada non ginjal adalah premedikasi.
Indikasi utama untuk premedikasi adalah pretreatment pada pasien yang beresiko. Pretesting media kontras adalah langkah yang tidak efektif untuk mengetahui gambaran umum akibat dari pemasukan media kontras. Hal ini tidak dianjurkan untuk dilakukan karena sangat tidak efektif bahkan dapat membahayakan pasien.
Beberapa premedikasi telah dianjurkan untuk dapat menurunkan kejadian dari reaksi media kontras.
Premedikasi yang dilakukan untuk mencegah efek negative pada non ginjal adalah :
• corticosteroid / antihistamin
prednisone 50 mg dengan diminumkan 13 jam, 7 jam dan 1 jam sebelum injeksi media kontras.
Dipenhydramine (Benadryl*) 50 mg intravenous, intramuscular atau diminum 1 jam sebelum injeksi media kontras.

• corticosteroid saja
Methylprednisolone 32 mg dengan diminum 12 jam, dan 2 jam sebelum injeksi media kontras.
• Antihistamin seperti opsi 1 juga bisa ditambahkan untuk langkah 2
Penggunaan LOMK juga merupakan satu dari beberapa cara pencegahan efek samping negative pada ginjal dan non ginjal.
II.8.3.PENCEGAHAN EFEK NEGATIVE KARENA PENANGANAN PRODUK
Penanganan produk yang tidak tepat juga dapat menyebabkan timbulnya efek negative pada pasien yang dilakukan pemeriksaan dengan penggunaan media kontras tersebut. Hal yang harus diperhatikan dalam penanganan produk adalah :
• Distribusi
• Penyimpanan
Penyimpanan yang baik adalah penyimpanan dalam kotak. Jauhkan dari sinar matahari, suhu ruangan penyimpanan tidak melebihi 30 0 C dan jauhkan dari sumber sinar-X
• Visualisasi yaitu secara fisik tidak tampak adanya endapan, partikel dan perubahan warna.
• Hangatkan 370C sebelum dipergunakan.
II.9. PENANGANAN EFEK NEGATIVE PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS
Apabila terjadi efek negative penggunaan media kontras, maka ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan yaitu :
• Pada reaksi ringan
Berupa : nausea, vomiting, batuk, rasa panas, sakit kepala, bersin, pembengkakan mata dan wajah.
Observasi yang cukup untuk mengetahui resolusi atau setidaknya penanganan tetapi biasanya tidak ada pengobatan. Menenangkan pasien juga bisa membantu.
• Pada reaksi sedang
Berupa : hypotensi, dypsnea, hipertensi, tachycardia/brachicardia, broncospasme sedang, laryngeal edema ringan.
Mengetahui klinis harus dilakukan untuk mengindikasikan pengobatan terbaik. Observasi yang cukup untuk kemungkinan kejadian yang mengancam kehidupan.
• Reaksi berat
Berupa : laryngeal edema berat, convulsion(kejang), profound hypertension, tidak adanya respon, berhentinya detak jantung.
Ketepatan identifikasi dan pengobatan, merupakan penaganan yang paling tepat. Pengobatan dapat berupa pemberian antihistamin dan oksigen.
Pada pasien anak-anak ada beberapa penanganan yang dapat diberikan yaitu :
• Reaksi ringan
Biasanya dilakukan dengan pemberian antihistamin seperti dyphenhidramin. Jika reaksi tetap terjadi, pemberian epeneprine subcutan 1:1000 diperlukan.
• Reaksi berat
Setelah evaluasi sesaat, pertolongan harus dilakukan, dan dilakukan resusitasi cardiopulmonary. Penanganan harus meliputi pemberian cairan melalui intravenous, epinephrine intravenous 1:1000 dan oksigen.
Jalan udara pada anak-anak lebih kecil dan lebih mudah dibandingkan dengan jalan udara orang dewasa. Perlengkapan darurat pediatric harus tersedia di semua lokasi temapat pemasukan media kontras intravascular. Oksigen, perlengkapan suction, dan tabung oksigen untuk dibawa, sangat diperlukan termasuk facemask untuk mengetahui perbedaan ukuran pada anak-anak.
Secara garis besar dikenal adanya istilah pendekatan ABC untuk evaluasi dan penanganan pasien, yaitu :
A meliputi :
Assessment (penilaian) jenis dan kategori reaksi, tekanan darah dan dnyut nadi (sangat diperlukan), pemantauan electrocardiogram diperlukan untuk evaluasi dari denyut jantung.
Assistance (bantuan) segera lakukan panggiilan bantuan.
Airway yaitu memberikan jalan udara dengan pemberian oksigen .
Access untuk pembuluh darah-mengamankan/meningkatkan jalan intravena – peripheral atau sentral.
B. meliputi :
Breathing (dimulai dengan resusitasi cardiopulmonary (CRP) jika diperlukan), gunakan nafsa buatan.
Bag-valve-mask (seperti ambu bag)tau masker mulut.
Begin (memulai) usaha resusitasi penuh (CRP) jika diperlukan, panggil tim untuk menangani berhentinya detak jantung.
Beware(awas) terhadap respon paradoxical (seperti : beta-blocker yang bisa menangani respon tachycardia).
C, meliputi :
Categoris (jenis) reaksi dan keadaan pasien.
Circulatory assistance (penanganan circulasi) yaitu denan menggunakan crysstaloid (seperti ringer’s lactate, saline normal : atau pembersihan colloid), jalan infuse yang cepat dan gunakan pressure bag atau ifus dengan takanan penuh .
I.10. INJEKSI MEDIA KONTRAS
Secara umum metode pemasukan media kontras yang dilakukan sangat bervariasi bergantung pada keadaan vascular, masalah klinis, dan jenis pemeriksaan.
I.10.1. Mekanisme injeksi media kontras intravascular pada CT Scan .
Bolus atau power injeksi dari media kontras lebih baik dibandingkan drif infuse untuk membedakan strukutr normal dan abnormal pada pemeriksaan CT (Computed Tomography) Scan. Setiap personal radiologi harus mengetahui teknik yang dibutuhkan untuk menghindari komplikasi potensial yang bersifat serius dari extravasasi media kontras dan embolisasi udara. Saat teknik yang dipilih dipergunakan, media kontras dapat dengan aman diinjeksikan secara intravena menggunakan power injector walaupun dalam tekanan yang cukup tinggi.
I.10.2. Teknik.
Untuk menghindari komplikasi potensial, pasien harus benar-benar kooperatif. Komunikasi dengan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan dan saat injeksi dapat menekan resiko extravasasi media kontras. jika pasien melaporkan adanya rasa sakit atau rasa bengkak pada daerah penyuntikan, injeksi harus dihentikan.
Media kontras intravascular harus dimasukkan dengan menggunakan power injector melalui canula plaastik yang fleksibel. Penggunaan jarum berbahan logam untuk power injector harus dihindari. Sebagai tambahan, flow rate harus disesuaikan dengan ukuran catheter yang dipergunakan. Ukuran kateter yang dipergunakan no.22 memungkinkan flow rate yang dipergunakan mencapai 5 ml/sec, ukuran 20 atau ukuran yang lebih besar dipilih untuk flow rate 3 ml/sec atau lebih. Antecubital atau vena besar pada daerah pertengahan lengan, dipilih sebagai tempat untuk pemasukan media kontras dengan power injeksi. Jika pembuluh darah yang lebih kecil (seperti tangan atau pergelangan tangan) dipergunakan, maka flow rate yang diperbolehkan tidak melebihi 1,5 ml/sec.
Persiapan yang baik dari peralatan power ijeksi sangat penting untuk meminimalkan resiko extravasasi media kontras atau embolisasi udara. Prosedur standar harus dipergunakan untuk membersihkan syringe dan menekan udara. Sebelum melakukan injeksi, posisi catheter harus di cek untuk backflow vena. Jika tidak terjadi backflow, posisi catheter harus diperbaiki dan monitoring khusus pada daerah injeksi harus dilakukan.
Langkah yang berhati-hati dalam mencegah terjadinya extravasasi adalah melakukan pengawasan langsung pada daerah injeksi media kontras dilakukan. Jika tidak ada masalah dengan injeksi, dalam waktu 15 detik setelah injeksi dilakukan, maka pengawasan pada daerah injeksi harus tetap dilakukan dalam ruangan CT Scan sebelum pemeriksaan dilakukan, apabila dideteksi adanya extravasasi injeksi harus dihentikan segera. Komunikasi antara radiolog dan pasien melalui intercom atau system elevise harus dilakukan sepanjang pemeriksaan dilakukan.
I.10.3.Ekstravasasi
Beberapa pasien memiliki resiko ektravasasi, termasuk mereka yang tidak bisa diajak komunikasi (seperti, bayi, anak-anak, dan pasien yang tidak sadarkan diri). Pasien yang kondisinya lemah, dan pasien yang memilki cirkulasi yang tidak normal pada organ yang dilakukan injeksi. Pasien dengan perubahan cirkulasi meliputi mereka yang memiliki penyakit atherosclerotic peripheral vascular, penyakit diabet vascular, thrombosis vena atau insufficiency, atau radiotherapy atau pembedahan ekstensive (seperti pembedahan nodul limpa axila) pada daerah organ yang diinjeksi. Beberapa daerah tempat penyuntikan media kontras se perti tangan, pergelangan tangan, kaki dan pergelangan kaki, memiliki resiko ekstravasasi dan harus dihindari sebisa mungkin. Pasien dengan resiko ekstravasi yang tinggi, gunakan LOMK karena ekstravasasi dari agen ini memiliki toleransi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan ekstravasasi HOMK.
Ekstravasasi bisa terjadi pada injeksi dengan menggunakan tangan atau menggunakan power injeksi. Kejadian yang dilaporkan terjadi dari ekstravasasi media kontras berhubungan dengan power injeksi untuk CT adalah dalam rentang 0,1% samapi 0,9% (1/1000 pasien sampai 1/106 pasien ). Kejadian ekstravasasi tidak berhubungan dengan flow rate injeksi. Ekstravasasi yang terjadi pada bolus dinamik CT berhubungan dengan penggunaan media kontras dengan jumlah besar. Walaupun kebanyakan pasien merasakan kesan panas pada daerah ekstravasasi, biasanya akan sedikit dirasakan pada penggunaan LOMK.
Ekstravasasi media kontras iodium, biasanya HOMK, bersifat beracun terhadap jaringan disekitarnya, seperti kulit, yang akan menyebabkan reaksi inflammatory local akut, yang meningkat dalam waktu 24-48 jam. Ekstravasasi LOMK jauh lebih baik toleransinya dibandingkan dengan HOMK konvensional.
I.10.4. Evaluasi dan pengobatan.
Pada pemeriksaan fisik, lokasi ekstravasasi berupa oedema, erythematus. Tidak ada consensus yang jelas mengacu pada pengobatan yang tepat untuk ekstravasasi media kontras. saat ekstravasasi tejadi, jumlah dan jenis media kontras serta pemeriksaan klinis merupakan semua factor yang menggambarkan reaksi yang terjadi. Saat terjadi keraguan, konsultasi kepada bagian bedah sangat diperlukan.
Konsultasi pada bagian bedah secepatnya dilakukan pada pasien yang terindikasi mengalami gejala seperti peningkatan pembengkakan atau rasa sakit setelah 2-4 jam, perubahan perfusi jaringan , sebagai akibat dari peningkatan peningkatan capiler pada waktu setelah ekstravasasi terjadi, perubahan rasa pada organ yang mengalami sakit, dan ulcerasi kulit atau melepuh. Pasien yang mengalami ekstravasasi media kontras, baru diperbolehkan meninggalkan unit radiologi setelah radiolog mengetahui secara pasti bahwa gejala yang ditimbulkan meningkat atau gejala baru tidak ditemukan saat observasi . semua kejadian ekstravasasi dan pengobatannya harus dicatat dalam rekam medis dan anjuran dokter harus dicatat.
Embolisasi udara.
Secara klinis, embolisasi udara pada vena bersifat fatal tetapi merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi pada injeksi media kontras. Secara klinis tidak tampaknya embolisasi udara, biasanya terjadi saat injeksi dengan tangan dilakukan. Perhatian saat menggunakan power injeksi untuk memberikan contras enhancement pada CT meminimalkan resiko adanya komplikasi ini. Pada CT embolisaasi udara pada vena biasanya tampak dari gelembung udara atau air-fluid level pada vena intrathoacal, artery polmunary, atau ventricle kanan. Embolisasi udara juga tampak pada struktur vena intracranial.
Pemilihan jenis media kontras yang tepat pada pemeriksaan CT Scan khususnya sangat penting dilakukan. Pemeriksaan CT Scan secara umum menggunakan media kontras dalam jumlah besar dalam pelaksanaannya. Penggunaan media kontras dalam jumlah besar tentu akan menyebabkan semakin besarnya faktor resiko yang mungkin terjadi. Analisis media kontras sangat penting dilakukan untuk menentukan apakah media kontras tersebut relative aman digunakan untuk pasien yang beresiko sekalipun, dengan catatan tentunya tetap memperhatikan beberapa teknik penanganan yang harus dilakukan.

04 Januari 2010

Anatomi Cervikal

Tulang belakang cervikal terdiri dari tujuh buah. Dimulai tepat di bawah tengkorak dan berakhir di bagian atas tulang thorakalis. Tulang belakang cervikal memiliki backward "C" bentuk (lordotic kurva) dan jauh lebih mobile dari tulang thorakal atau lumbal.



Struktur vertebre secara umum memiliki corpus, arcus, dan 7 prosesus yang berada di arcus. Sehingga secara umum vertebre cervikal memiliki bagian-bagian tulang seperti:
• Korpus/body terletak di anterior,berbentuk silinder,dengan permukaan posterior yang rata.
• Pedikel/pedicle terletak di kedua bagian lateral corpus,tebal dan membulat.
• Lamina terletak pada ujung posterior pedikel,berbentuk lempengan tipis.Kedua pedikel bertemu di midline membentuk prosesus spinosus.
• Foramen vertebralis,lubang yang terletak di bag.posterior corpus dibatasi oleh arcus di bagian posterior dengan foramen vertebralis yang lain membentuk canalis vertebralis sebagai tempat spinal cord.
• Incisura vertebralis/vertebral notch (superior dan inferior),lengkungan yang terletak pada bagian atas dan bawah pedikel.Incisura vertebralis inferior (vertebre yang atas) bersatu dengan incisura vertebralis superior (vertebre di bawahnya) membentuk foramen intervertebralis;sebagai tempat keluarnya nervus spinalis dari spinal cord.
• Prosesus transverses ada 2 kanan dan kiri, terletek pada pertemuan antara corpus dan arcus,mencuat kearah lateral.
• Prosesus articularis (superior dan inferior), terletak di bagian superior dan inferior pada dasar (base) prosesus. transversus.Persendian antara prosesus articularis inferior (vertebre yang atas) dengan prosesus articularis superior (vertebre di bawahnya) membentuk zygapophyseal, Vertebre cervikal mempunyai foramen transversum yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis dan nervus spinalis.
Bagian-bagian dari tulang cervical:

a. Cervikal I (Atlas)
Tidak mempunyai corpus, mempunyai 2 arcus (anterior dan posterior), arcus anterior bersendi dengan prosesus odontoideus (dens epistrofeus) gerakan rotasi kepala, massa lateral atlas mempunyai facies articularis (superior dan inferior), facies articularis superior atlas bersendi dengan condilus occipitalis disebut articulation occipitoatlantal (occipitocervikal) gerakan kepala fleksio/ekstensio,facies articularis inferior atlas bersendi dengan facies articularis superior axis.



b. Cervikal II (Axis)
Mempunyai prosesus odontoideus (dens epistropheus, dens/dental:gigi), yang bersendi dengan arcus anterior atlas.



c. Cervikal III-VI (Typical Cervikal Vertebrae)
Bentuknya kecil, letaknya tranversal, dan korpusnya membujur dengan daerah permukaan anterior sedikit “langsing”



d. Cervikal VII (Vertebra Prominens)
Mempunyai prosesus spinosus yang panjang, dapat dijadikan patokan (localizer) untuk menentukan letak tulang vertebre yang lain.

Trnslate by

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google