13 Januari 2010

Prosedur Pemeriksaan Tanda Vital Keperawatan

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh; denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular; frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan; dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardio¬vaskular, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling ber¬hubungan dan saling memengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas berat/dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator ada¬nya gangguan sistem tubuh.
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau per¬kembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada klien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap per¬ubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksa¬naan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan yang lain. Tingkat kega¬watan pasien seperti pada kondisi pasien yang kritis akan membutuhkan pengawasan terha¬dap tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis demikian se¬baliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan, dan pengukuran tekanan darah.

1.1 Pengukuran Suhu
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indi¬kator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal, dan aksila.

1.1.1 Tujuan tindakan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.

1.1.2 Alat dan Bahan
1. Termometer
2. Tiga buah botol
• botol pertama berisi larutan sabun
• botol kedua berisi larutan desinfektan
• botol ketiga berisi air bersih
3. Bengkok
4. Kertas/tisu
5. Vaselin
6. Buku catatan suhu
7. Sarung tangan

1.1.3 Prosedur kerja
1.1.3.1 Pemeriksaan suhu oral
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Atur posisi pasien (manusia coba).
5. Tentukan letak bawah lidah.
6. Turunkan suhu termometer di bawah 34°¬ - 35°C.
7. Letakkan termometer di bawah lidah se¬jajar dengan gusi.
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3-5 menit.
9. Angkat termometer dan baca hasilnya.
10. Catat hasil.
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
12. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

1.2 Pemeriksaan Denyut Nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular. Denyut nadi da¬pat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan de¬ngan alat elektronik yang sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat dila¬kukan pada daerah arteri radialis pada perge¬langan tangan, arteri brakhialis pada siku bagi¬an dalam, arteri karotis pada leher, arteri tem¬poralis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.

1.2.1 Tujuan
1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan).
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskular.

1.2.2 Alat dan Bahan
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan nadi
3. Pena

1.2.3 Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung).
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan meng¬gunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan.
7. Catat hasil.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

1.3 Pemeriksaan Pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.

1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.

1.3.2 Alat dan bahan
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena

1.3.3 Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

1.4 Pemeriksaan Tekanan Darah
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung: metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memer¬lukan persyaratan dan keahlian khusus; metode tak langsung: metode yang menggunakan sfig¬momanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang meng¬ukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop.

1.4.1 Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah.

1.4.2 Alat dan bahan
1. Sfigmomanometer (tensimeter) yang ter¬diri dari:
• manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
• manset udara
• slang karet
• pompa udara dari karet + sekrup pem¬buka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital
4. Pena

1.4.3 Prosedur kerja
1.4.3.1 Cara palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju di buka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat ¬maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa uda¬ra berlawanan arah jarum jam.
11. Catat mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini me¬nunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12. Catat hasil.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

1.4.3.2 Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Letakkan lengan yang hendak diukur da¬lam posisi telentang.
5. Buka lengan baju.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan ter¬lalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara per¬lahan dan berkesinambungan dengan me¬mutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali terdengar kembali denyut.
13. Catat tinggi air raksa pada manometer:
 Suara Korotkoff I: menunjukkan besar¬nya tekanan sistolik secara auskultasi.
 Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara aus¬kultasi.
14. Catat hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trnslate by

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google