01 Februari 2010

Radioanatomi Sistem Pernapasan

1.1 Pengertian Sistem Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandug CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan napas disebut ekspirasi.
1.2 Organ Sistem Pernapasan
1.2.1 Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2. Lapisan tengah dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung.
Adapun konka nasalis yang berjumlah tiga buah yaitu :
a) Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b) Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c) Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Diantara konka-konka ini terdapat tiga buah lekukan yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah), dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus- meatus inilah yang dilewati udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung yang berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang bayi, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat pada bagian atas.
Pada hidung bagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-seseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Di sebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis.



1.2.2 Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di baawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain yaitu ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring dan ke belakang lubang oesofagus.
Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari faring. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Rongga faring dibagi ke dalam tiga bagian :
1. Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
2. Bagian sebelah tengah sama tingginya dengan istmus fausium isebut orofaring.
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringo faring.



1.2.3 Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukkan suara yang terletak di depan faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorakan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutup laring.
Laring terdiri dari lima tulang rawan yaitu :
1. Kartilago thyroid berjumlah satu buah. Letak di depan jakun (Adam’s aple) sangat jelas terlihat pada laki-laki.
2. Kartilago ariteanoid berjumlah dua buah yang berbentuk beker.
3. Kartilago krikoid berjumlah satu buah yang berbentuk cincin.
4. Kartilago epiglotis berjumlah satu buah.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epithelium berlapis. Pita suara ini berjumlah dua buah. Di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang disebut ventrikularis. Di bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang disebut vokalis, terdapat dua buah otot. Oleh gerakan dua buah otot ini maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga di sinilah terbentuk suara.



1.2.4 Trakea
Merupakan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri disebut karina.



1.2.5 Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea yang berjumlah dua buah. Terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan ke V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping kearah tampuk paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri. Terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai dua cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkiolus). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli.



1.2.6 Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa=alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan ini terjadii pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (Paru-paru kanan dan kiri).
1.2.6.1 Pembagian Paru-Paru
Paru-paru dibagi menjadi dua yaitu :
1. Paru-paru kanan
Terdiri dari tiga lobus (belah paru), Lobus Pulmo Dekstra Superior, Lobus Media, dan Lobus Inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2. Paru-paru kiri
Terdiri dari pulmo sinester lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segment yaitu lima segment pada lobus superior dan lima segment pada lobus inferior.
Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat bronkiolus
Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
1.2.6.2 Letak Paru-Paru
Pada rongga dada di antaranya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura menjadi dua yaitu :
1) Pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.
2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah dalam.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu napas bergerak.

1.2.6.3 Pembuluh Darah pada Paru
Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya dari tebal ventrikel kiri. Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri.
Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dari aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah “kaya oksigen” (oxygenated) dibandingkan dengan darah pulmonal yang relatif kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis membawa darah yang yang sudah tidak mengandung udara dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronchial, sampai ke alveoli halus.
Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler. Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorokan yang keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung O2), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trnslate by

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google