21 Februari 2010

Teknik Radiografi Benda Asing

1. PENGERTIAN
Teknik radiografi benda asing adalah teknik pencitraan radiografi untuk memperlihatkan benda yang secara tidak sengaja/seharusnya berada/masuk ke dalam tubuh dan mengganggu sistem/sirkulasi fisioligis tubuh

2. TUJUAN
• Menentukan letak benda asing dalam sistem tubuh
• Menentukan jenis benda asing yang masuk dalam tubuh
• Menentukan kedalaman benda asing dari permukaan tubuh

3. JENIS BENDA ASING
• Benda Asing Opaque : Nomor atom lebih tinggi dari jaringan sekitar misal logam
• Benda Asing Non opaque : Nomor atom lebih rendah dari jaringan sekitar misal non logam

4. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan masuknya benda asing ke dalam sistem/organ tubuh. Plain foto dibuat sesuai letak masuknya benda asing. Luka tempat masuknya benda asing diberi marker steril. Misalkan peluru pada femur, maka foto yang dibuat femur AP dan Lateral. Bila benda asing lebih dari 1 buah, dilakukan dengan penomoran sesuai dengan letak benda asing seperti 1, 2, 3, dan seterusnya. Central ray dan central point sesuai dengan proyeksi organ yang difoto. Faktor eksposi yang digunakan disesuaikan dengan jenis benda asing, jika benda asing opaque maka digunakan faktor eksposi standar sedangkan benda asing non opaque digunakan faktor eksposi untuk jaringan (soft tissue). Penentuan kedalaman benda asing dilakukan dengan teknik right angle projection : proyeksi AP dan lateral dengan bantuan jarum saling tegak lurus, minimal dua jarum tegak lurus.

5. JENIS TEKNIK RADIOGRAFI BENDA ASING
5.1 Teknik Radiografi Benda Asing pada Sistem /Traktus
Dilakukan plain foto untuk mensurvey daerah oesofagus sampai dengan abdomen. Bila benda asing jenisnya opaque, lanjutkan foto AP dan lateral dimana benda asing itu berada sedangkan jika benda asing non opaque, gunakan media kontras sesuai pemeriksaan tractus digestivus, dengan prinsip :
• Sebaiknya digunakan fluoroskopi.
• Buat foto AP dan Lateral pada lokasi benda asing.

Bila benda asing berada pada tractus digestivus atas (oesofagus), gunakan BaSO4 dan kapas dengan melakukan oesofagografi. Bila benda asing sudah masuk lambung, dievaluasi sampai dengan duodenum-iluem-colon. Setelah itu dilakukan plain foto pada daerah thorax (trachea) dan disurvey sampai dengan abdomen. Bila hasil foto plain memperlihatkan benda asing masuk pada organ respiratori, maka sebaiknya dilakukan teknik lokalisir dengan bantuan fluoroskopi. Bila benda asing ternyata berada pada jaringan sekitar organ respiratori, misalnya daerah axilla atau scapula, maka harus dapat memperlihatkan daerah tidak superposisi dengan benda asing yang dicari. Bila benda asing masih berada di daerah :

• Pernafasan atas buat plain foto nasal AP dan lateral.
• Laring buat foto soft tissue leher AP dan Lateral
• Bronkus buat foto bronchografi dengan media kontras positif
• Daerah jaringan intercostal buat foto AP dan Lateral thorax dengan central point pada luka masuknya benda asing. Selain itu juga didukung dengan menggunakan proyeksi tangensial dan teknik lokalisir (paralax dan triangulasi)

5.2 Teknik Radiografi Benda Asing pada Bola Mata

Persiapan Pasien
• Informasikan segala sesuatu tentang pemeriksaan, supaya pasien dapat mengikuti petunjuk petugas dan tidak banyak bergerak.
• Melepaskan semua benda yang dapat mengganggu pemeriksaan / hasil radiograf.

Persiapan Alat dan Bahan
• Alat yang digunakan disesuaikan metode yang dipilih.
• Metode pemeriksaan benda asing pada bola mata yang digunakan disesuaikan dengan ketersediaan alat yang ada di rumah sakit dan kondisi pasien.

Tujuan
• Mengevaluasi ada tidaknya benda asing radiopaque.
• Menentukan letak benda asing.
• Menentukan kedalaman benda asing.

Metode Sederhana

a. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien
Semiprone

Posisi Obyek
• MSP kepala sejajar dengan kaset
• Inter Pupilaryline tegak lurus
• Outer cantus yang sakit ditengah kaset

Central Ray
Tegak lurus kaset

Central Point
Outer cantus

FFD
90-100 cm
Ekspose : pasien dalam pandangan lurus

b. Proyeksi PA Axial
Posisi Pasien
Prone/tegak

Posisi Obyek
• Kepala diatur diatas kaset
• Dahi dan hidung menempel kaset
• OML diatur tegak lurus kaset

Central Ray
300 caudal

Central Point
Acanthion

FFD
90-100 cm
Ekspose : pasien dalam pandangan

c. Proyeksi Modifikasi Waters
Posisi Pasien
Prone/tegak

Posisi Obyek
• Kepala diatur diatas kaset
• Dagu dan hidung menempel kaset
• MSP kepala sejajar kaset

Central Ray
Tegak lurus kaset

Central Point
Pertengahan orbita

FFD
90-100 cm
Ekspose : pasien menutup mata


d. Proyeksi Vogt (Bone Free)
Tujuannya
Untuk mengetahui benda asing yang kecil, densitasnya rendah pada segmen anterior bola mata atau kelopak mata

1) Proyeksi Vogt : Lateromedial
Posisi Pasien
Duduk/berdiri

Posisi Obyek
• Film diatur vertikal diantara innercantus dan hidung
• Pasien memegang film dan menekan ke kulitnya

Central Ray
Tegak lurus kaset

Central Point
Outer cantus

FFD
90-100 cm
Ekspose : Pasien memandang ke atas atau ke bawah sejauh mungkin
Catatan : Dibuat 2 kali foto, memandang ke atas dan ke bawah

2) Proyeksi Vogt : Superoinferior
Posisi Pasien
Duduk/berdiri

Posisi Obyek
• Film diatur vertikal di bawah kelopak mata
• Pasien memegang film dan menekan ke kulitnya

Central Ray
Tegak lurus kaset

Central Point
Pertengahan cantus eksterna dan interna

FFD
90-100 cm
Ekspose : Pasien memandang ke kanan atau ke kiri sejauh mungkin
Catatan : Dibuat 2 kali foto, memandang ke kanan dan ke kiri

Metode Khusus
• Metode gerakan parallax
• Metode “sweet”
• Metode “Peiffer – Comberg “ Bola Mata

6. TEKNIK PENENTUAN KEDALAMAN BENDA ASING
6.1 Metode Paralaks
Tujuan
• Menentukan kedalaman benda asing pada organ yang mempunyai ketebalan pada kemungkinan mengalami pergerakan
• Contoh : abdomen dan rongga thorax

Persiapan Alat
• Pesawat X-ray yang dilengkapi dengan fluoroskopi
• Lokalisir yang terdiri dari 10 strip dengan masing-masing strip berjarak 1 cm dengan logam Pb pada tiap titik-titik
• Ring
• Selotip
• Marker
• Penggaris
• Spidol/tinta penanda
• Jangka sorong
• Kaset dan film
• Bucky
• Pinset

Prinsip Kerja
• Memanfaatkan penggambaran obyek dengan sudut pandang berbeda
• Memanfaatkan sinar oblique
• Satu film 2 kali ekspose
Gambar prinsip kerja

Teknik Pemeriksaan
• Pasien diposisikan senyaman mungkin dan harus sama dengan posisi pembedahan, dan diupayakan terdekat dengan lokasi benda asing
• Daerah masuknya benda asing diflouroskopi
• Terawang benda asing hingga jelas dan letakkan ring tepat superposisi dengan benda asing
• Bila benda asing tegak lurus dengan ring, plaster ring hingga permanen dan tidak berubah
• Pertengahan marker sebagai MSS (Marker Skin Survace) yang merupakan daerah yang tegak lurus dengan posisi benda asing
• Lanjutkan dengan pembuatan radiografi biasa dengan posisi sebagai berikut :
1. Lokalisir diletakkan sejajar dengan MSS
2. Atur TSD (Tube Shift Distance) sejauh 1/10 FFD
3. Pergerakan tabung diatur tegak lurus dengan arah lokalisir
4. Radiograf dibuat dengan CP1 (T1) sampai dengan CP2 (T2) berjarak sama dari MSS, dengan total CP1 sampai CP2 = 1/10 FFD sehingga :
 CP1 sampai MSS = MSS sampai CP2 = ½ X 1/10 FFD
 T1 = posisi Tube 1 , T2 = Posisi Tube 2

• Pemotretan dilakukan dua kali eksposi dalam satu film
• Arah tabung pada pemotretan pertama dan kedua vertikal tegak lurus
• Luas lapangan diatur sehingga obyek dan lokalisir masuk dalam film
• Pengaturan faktor eksposi :
• kV eksposi pertama dan kedua sama
• mAs eksposi pertama dan kedua adalah ½ mAs total yang diperlukan

Evaluasi Radiograf
• Radiograf yang dihasilkan akan tampak gambaran benda asing tergambar 2 buah
• Radiograf titik-titik pada lokalisir akan tampak 2 lubang dari titik-titik yang berjarak 1-10 cm



Cara Menentukan Kedalaman Benda Asing
Gunakan jangka sorong, kemudian cari jarak yang sama antara pergeseran bayangan benda asing dengan pergeseran gambaran pada titik-titik pada lokalisir.

6.2 Metode Triangulasi
Tujuan
Menentukan kedalaman benda asing pada organ / daerah yang tebal, tetapi tidak berongga contohnya pelvis.

Persiapan Alat
• Pesawat sinar-x
• Kaset dan film
• Mistar / meteran pengukur

Prinsip Kerja
• Menggunakan prinsip sinar oblique
• Kedalaman benda asing dihitung berdasarkan prinsip “segitiga kongruen”
• Ekspose 2 (dua) kali dalam satu film dengan posisi tabung yang berbeda
• Tidak memerlukan alat bantu fluoroskopi maupun lokalisir
Teknik Pemotretran
• Pemotretan pertama dilakukan dengan central point pada titik tertentu (biasanya sebagai patokan MSS adalah titik masuknya benda asing)
• Pemotretan kedua dibuat dengan central point diatur pada jarak T1 sampai T2 = 1/10 FFD
• Lakukan ekspose T1 dan T2 pada satu film
• Faktor eksposi diatur :
T1 dan T2 : kV sesuai standar obyek, mAs ½ total yang diperlukan

Prinsip Geometri

Rumus Permasalahan







• TSD : Tube Shift Distance (jarak pergeseran tabung dan pemotretan pertam dan kedua)
• ISD : Image Shift Distance (jarak pergeseran bayangan)
• SID : Source Image Distance (Jarak antara tabung dengan film)
• d : kedalaman benda asing dari film
• x : kedalaman benda asing dari permukaan tubuh
• t : ketebalan tubuh

1 komentar:

  1. Ini ngambil sumber buku dari mana kak penjelasan metode paralaks dan triangulasi nya, mohon info ny y kak 🙏😊

    BalasHapus

Trnslate by

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google