02 Februari 2010

Teknik Radiografi Retrograde Pyelography (RPG)

1. Pendahuluan
Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinaria sudah tidak berfungsi. Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter . Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang bedah. Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.

2. Pengertian
Teknik atau prosedur atau tata cara pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-x dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan dengan alur sistem urinaria) untuk menegakkan diagnosa.

3. Indikasi
• Stricture uretra
• Batu uretra
• Uretris injuri
• Renal pelvic neoplasm
• Renal calculi
• Ureteric fistule
• Accidential ureteric ligation

4. Kontra Indikasi
• Urethritis
• Kontra indikasi absolute yang menyebarkan infeksi pada traktus urinaria distal dan proximal.
• Peradangan yang terjadi akan sulit untuk diobati.
• Stricture uretra
• Bukan kontra indikasi absolute.
• Pemasukan kateter dapat memperparah keadaan.

5. Komplikasi
• Injuri Uretra
Penggunaan cystoscopy dengan ukuran besar dan tidak digunakannya lubricant (jelly) akan menyebabkan injuri terjadi.
• Bladder Injuri
Jarang terjadi. Apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi bladder mungkin terjadi.
• Paraphimosis
Mungkin terjadi pada pasien yang tidaak dicircumsisi
• Stricture Uretra
Tidak digunakannya lubricant yang cukup dapat menyebabkan luka dan stricture kemudian.
• Meatal Stricture
Seperti stricture uretra
• Cystitis
Jika tidak dilakukan aseptic akan terjadi peradangan.

6. Persiapan Pasien
• Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
• Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
• Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien sedang hamil atau tidak.
• Hasil ureum dan creatinin normal
• Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
• 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar
• Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
• Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus.
• Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.
• Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
• Penandatanganan Informed Consent. Venipuncture adalah prosedure invasive yang dapat menyebabkan komplikasi pada saat injeksi media kontras. Petugas harus hati-hati dan selalu memastikan pasien telah diberikan penjelasan dan menandatangani informed consent. Untuk pasien anak-anak harus diberikan penjelasan pada anak dan orang tua anak tersebut.

7. Persiapan Alat dan Bahan
• Pesawat sinar-x
• Media kontras iodium 20 cc
• Spuit 20 cc
• Needle 19 G
• Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40
• Grid atau bucky
• Marker R/L
• Kateter (dipasang dengan bantuan cystoscopy)
• Desinfektan

8. Prosedur Pemeriksaan
Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra sebelum pemeriksaan mulai dilakukan.
• Lakukan plain foto (abdomen polos)
• Untuk memastikan letak kateter (untuk dokter urologis)
• Mengetahui ketepatan teknik dan posistioning.
• Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju renal pelvis pada ginjal yang diperiksa.
• Diambil dengan menggunakan film 24 x 30
• Kontras dimasukkan kembali ± 5 cc sambil kateter ditarik perlahan, lalu foto menggunakan film 30 x 40 untuk melihat daerah ureter.
• Kontras dimasukkan sampai habis, sambil ditarik diperkirakan kontras habis dan keteter dilepas. Foto diambil dengan menggunakan fim 30 x 40.

7. Proyeksi Retrograde Pyelography

a. AP
Posisi Pasien
Supine

Posisi Obyek
• MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
• Kedua tangan di samping tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
MSP setinggi crista iliaca

FFD
40 inci (100 cm)

Catatan
Gambar harus berada pada orientasi ginjal tidak terpotong dan gambaran mulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada waktu seperti IVP.

b. AP Oblique

Posisi Pasien
Semisupine

Posisi Obyek
• Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 450 terhadap meja pemeriksaan.
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas crista illiaca

FFD
40 inci (100 cm)

Teknik Radiografi Antegrade Pyelography (APG)

1. Pengertian
Teknik atau prosedur pemeriksaan sinar-X sistem urinaria dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan melalui kateter yang telah dipasang dokter urologi dengan cara nefrostomi percutan.

2. Tujuan
• Memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi tractus urinarius bagian proximal.
• Dilakukan setelah IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa yang informatif/kurang akurat/metode RPG tidak memungkinkan.
• Untuk menunjukkan terutama gambaran renal pelvic dan ureter.
• Menujukkan obstruksi ureter akibat batu.

3. Indikasi
• Nephrolitiasis
• Urethrolitiasis
• Nephritis
• Pyelonephritis
• Trauma akut tractus urinarius
• Hydroneprosis

4. Persiapan Pemeriksaan
• Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
• Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
• Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien sedang hamil atau tidak.
• Hasil ureum dan creatinin normal
• Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
• 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar
• Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
• Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus.
• Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.
• Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
• Penandatanganan Informed Consent. Venipuncture adalah prosedure invasive yang dapat menyebabkan komplikasi pada saat injeksi media kontras. Petugas harus hati-hati dan selalu memastikan pasien telah diberikan penjelasan dan menandatangani informed consent. Untuk pasien anak-anak harus diberikan penjelasan pada anak dan orang tua anak tersebut.

5. Persiapan Alat dan Bahan
• Media kontras iodium 50 cc, cairan NaCl 100 cc
• Spuit dissposible 50 cc
• Needle 19 G
• Handscoen
• Clamp
• Plester
• Alkohol dan betadine
• Haas
• Pesawat sinar-x, kaset dan film 24 x 30 dan 30 x 40

6. Prosedur Pemeriksaan
• Kateter yang telah terpasang diklem kemudian selang yang terhubung dengan urine dicabut
• Kontras medis disiapkan dengan mencampur media kontras dan NaCl dengan perbandingan 1 : 3
• Sebelum pemasukan media kontras dilakukan, lakukan plain foto dengan kaset 30 x 40 orientasi ginjal
• Masukkan media kontras yang sudah diencerkan melalui kateter yang langsung terhubung dengan pelviocalyces .
• Terdapat 3 seri pemotretan dengan menggunakan film 30 x 40
1. Foto 1 fokus pada renogram dan pelviocalyceal system
2. Foto 2 fokus pada ureter bagian proximal dan pelviocalyceal system
3. Foto 3 fokus pada ureter distal dan vesika urinaria.
4. Foto terakhir dibuat untuk melihat sekresi ginjal
7. Proyeksi Antegrade Pyelography

a. AP
Posisi Pasien
Supine

Posisi Obyek
• MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
• Kedua tangan di samping tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
MSP setinggi crista iliaca

FFD
40 inci (100 cm)

Catatan
Gambar harus berada pada orientasi ginjal tidak terpotong dan gambaran mulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada waktu seperti IVP.

b. AP Oblique

Posisi Pasien
Semisupine

Posisi Obyek
• Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 450 terhadap meja pemeriksaan.
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas crista illiaca

FFD
40 inci (100 cm

01 Februari 2010

Radioanatomi Sistem Pernapasan

1.1 Pengertian Sistem Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandug CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan napas disebut ekspirasi.
1.2 Organ Sistem Pernapasan
1.2.1 Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2. Lapisan tengah dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung.
Adapun konka nasalis yang berjumlah tiga buah yaitu :
a) Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b) Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c) Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Diantara konka-konka ini terdapat tiga buah lekukan yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah), dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus- meatus inilah yang dilewati udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung yang berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang bayi, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat pada bagian atas.
Pada hidung bagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-seseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Di sebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis.



1.2.2 Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di baawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain yaitu ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring dan ke belakang lubang oesofagus.
Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari faring. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Rongga faring dibagi ke dalam tiga bagian :
1. Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
2. Bagian sebelah tengah sama tingginya dengan istmus fausium isebut orofaring.
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringo faring.



1.2.3 Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukkan suara yang terletak di depan faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorakan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutup laring.
Laring terdiri dari lima tulang rawan yaitu :
1. Kartilago thyroid berjumlah satu buah. Letak di depan jakun (Adam’s aple) sangat jelas terlihat pada laki-laki.
2. Kartilago ariteanoid berjumlah dua buah yang berbentuk beker.
3. Kartilago krikoid berjumlah satu buah yang berbentuk cincin.
4. Kartilago epiglotis berjumlah satu buah.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epithelium berlapis. Pita suara ini berjumlah dua buah. Di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang disebut ventrikularis. Di bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang disebut vokalis, terdapat dua buah otot. Oleh gerakan dua buah otot ini maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga di sinilah terbentuk suara.



1.2.4 Trakea
Merupakan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri disebut karina.



1.2.5 Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea yang berjumlah dua buah. Terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan ke V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping kearah tampuk paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri. Terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai dua cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkiolus). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli.



1.2.6 Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa=alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan ini terjadii pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (Paru-paru kanan dan kiri).
1.2.6.1 Pembagian Paru-Paru
Paru-paru dibagi menjadi dua yaitu :
1. Paru-paru kanan
Terdiri dari tiga lobus (belah paru), Lobus Pulmo Dekstra Superior, Lobus Media, dan Lobus Inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2. Paru-paru kiri
Terdiri dari pulmo sinester lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segment yaitu lima segment pada lobus superior dan lima segment pada lobus inferior.
Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat bronkiolus
Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
1.2.6.2 Letak Paru-Paru
Pada rongga dada di antaranya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura menjadi dua yaitu :
1) Pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.
2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah dalam.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu napas bergerak.

1.2.6.3 Pembuluh Darah pada Paru
Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya dari tebal ventrikel kiri. Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri.
Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dari aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah “kaya oksigen” (oxygenated) dibandingkan dengan darah pulmonal yang relatif kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis membawa darah yang yang sudah tidak mengandung udara dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronchial, sampai ke alveoli halus.
Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler. Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorokan yang keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung O2), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.

Teknik Radiografi IVP (Intra Venous Pyelography )

1. Pengertian
Ilmu yang mempelajari prosedur / tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan blass (vesica urinaria) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontrasmelalui vena. Pada saat media kontrasdiinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien, media kontrasakan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal dan tractus urinaria, sehingga ginjal dan tractus urinaria menjadi berwarna putih. Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomi serta fungsi ginjal, ureter dan blass.

2. Tujuan Pemeriksaan IVP
• Pemeriksaan IVP membantu dokter mengetahui adanya kelainan pada sistem urinaria, dengan melihat kerja ginjal dan sistem urinaria pasien.
• Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengetahui gejala seperti kencing darah (hematuri) dan sakit pada daerah punggung.
• Dengan IVP dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinaria dari batu ginjal, pembesaran prostat, tumor pada ginjal, ureter dan blass.

3. Indikasi Pemeriksaan IVP
• Renal agenesis
• Polyuria
• BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
• Congenital anomali seperti duplication of ureter dan renal pelvis, ectopia kidney, horseshoe kidney, malroration
• Hydroneprosis
• Pyelonepritis
• Renal hypertention

4. Kontra Indikasi
• Alergi terhadap media kontras
• Os mempunyai kelainan atau penyakit jantung
• Os dengan riwayat atau dalam serangan jantung
• Multi myeloma
• Neonatus
• Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
• Os sedang dalam keadaan kolik
• Hasil ureum dan creatinin tidak normal

5. Persiapan Pemeriksaan
• Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
• Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
• Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien sedang hamil atau tidak.
• Hasil ureum dan creatinin normal
• Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
• 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar
• Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
• Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus.
• Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan.
• Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
• Penandatanganan Informed Consent. Venipuncture adalah prosedure invasive yang dapat menyebabkan komplikasi pada saat injeksi media kontras. Petugas harus hati-hati dan selalu memastikan pasien telah diberikan penjelasan dan menandatangani informed consent. Untuk pasien anak-anak harus diberikan penjelasan pada anak dan orang tua anak tersebut.

6. Persiapan Alat dan Bahan
• Pesawat x-ray
• Film dan kaset x-ray
• Grid (bucky)
• Image intensifier (fluoroscopy) untuk real time imaging
• Media kontras iodium disesuaikan dengan berat badan.
• Kotak media kontras yang digunakan untuk menunjukkan kepada dokter media kontras yang digunakan.
• Wingneedle dan needle steril
• Kapas alkohol atau wipes.
• Tourniquet
• Handuk atau spon untuk bantalan lengan
• Male gonad shield
• Marker R/L dan marker waktu
• Peralatan kegawat daruratan (tabung O2, alat suction, dan lain-lain)
• Epinephrine atau benadryl untuk kegawat daruratan media kontras
• Peralatan kompress ureter
• Handuk dingin atau handuk hangat untuk kompress tempat dilakukan penyuntikan (jika diperlukan)

7. Teknik Pemasukan Media kontras
Untuk pemeriksaan IVP secara umum, dianjurkan untuk memilih vena pada “fossa antecubital”, karena ukuran cukup besar, mudah ditemukan dan memungkinkan dilakukan bolus injeksi media kontrasdengan jumlah besar tanpa adanya extravasasi. Vena-vena yang dianjurkan untuk dilakukan venipuncture adalah median cubital cephalic  anterior wrist basilic vein.
Beberapa vena untuk alternatif apabila vena fossa tidak dimungkinkan dilakukan penyuntikan media kontras (akibat seringnya pemeriksaan lab dan lain-lain) adalah vena radialis àanterior wrist vena cephalic atau basilica àposterior antebrachii. Pastikan tempat penyuntikan adalah vena bukan arteri.



7.1 Teknik Venipunture
Langkah 1
Cuci tangan dan gunakan handscoen.
Langkah 2
• Pilih vena tempat penyuntikan dan pasang tourniquet 3-4 inchi superior tempat penyuntikan dilakukan.
• Ganjal tangan tempat dilakukan venipuncture agar pasien nyaman.
• Kencangkan tourniquet untuk dilatasi vena.
Langkah 3
Pastikan kembali tempat penyuntikan dan bersihkan.

Langkah 4
• Lakukan penyuntikan wingneedle .
• Penyuntikan dilakukan dengan menyuntikkan jarum ke vena dengan sudut 20° - 25°

Langkah 5
Fiksasi wingneedle dan pastikan penyuntikan benar

Langkah 6
• Persiapan untuk injeksi.
• Lepaskan tourniquet (stuing).
• Pastikan media kontras dimasukkan dengan tekanan yang stabil dan tidak terlalu cepat.
• Petugas harus mencatat waktu mulainya pemasukan media kontras dilakukan.
• Pastikan tidak ada extravasasi saat pemasukan media kontras.

Langkah 7
• Cabut wingneedle.
• Tekan daerah tempat penyuntikan dilakukan dengan kapas betadine hingga pendarahan selesai.
• Rekatkan dengan plester.



8. Teknik Keselamatan Kerja
• Selalu gunakan handscoen saat pemeriksaan dilakukan.
• Selalu perhatikan standar keselamatan kerja dari OSHA, larangan umum dan cara pembuangan needle bekas penyuntikan atau alat-alat pengambilan cairan tubuh.
• Buang needle dan penutup pada tempatnya (terpisah).
• Gunakan jarum baru apabila penyuntikan pertama gagal dilakukan dan pilih vena lain.
• Apabila terjadi extravasasi media kontras, lakukan kompres dengan menggunakan air hangat.
• Dokumen tentang penyuntikan, berisikan komplikasi dan tempat penyuntikan dilakukan, waktu, jumlah dan jenis media kontras yang disuntikkan.

9. Prosedur Pemeriksaan IVP
• Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan
• Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien
• Jika persiapan baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc saja, untuk melihat reaksi alergi.
• Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang alat kompres ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri. Alat kompress ureter berfungsi untuk memaksimalkan pengisian daerah pelviocalyceal system dan proximal ureter, untuk memperlambat waktu media kontras sampai ke blass, dan alat ini dipasang sebelum pemasukan media kontras dilakukan.
• Media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien.
• Pasien tahan nafas saat pemeriksaan dilakukan.
• Pemeriksaan dilakukan secara berseri dengan waktu pengambilan gambaran traktus urinaria disesuaikan dengan sistem kerja ginjal.
• Umumnya apabila fisiologi ginjal normal pengambilan gambar dilakukan pada menit ke 5, 15, 30, 45 menit.

10. Proyeksi Pemeriksaan IVP
a. AP 5 Menit
Buat foto 5 menit pasca penyuntikan (bila pasien hypertensi atau pasien anak, pemotretan diambil 1 menit pasca penyuntikan). Foto AP 5 menit dilakukan dengan menggunakan kaset 24 x 30 cm.

Posisi Pasien
Supine

Posisi Obyek
• MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
• Kedua tangan di samping tubuh.
• Batas atas prosesus xypoideus dan batas bawah SIAS.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
1/3 distal antara prosesus xypoideus dan SIAS
FFD
40 inci (100 cm)

Kriteria gambar
Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri.

Catatan
• Beri marker 5 menit
• Buka stuing (ureter kompressive)




b. AP 15 Menit
Posisi Pasien
Supine

Posisi Obyek
• MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
• Kedua tangan di samping tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
Setinggi crista illiaca (pada lumbal 4-5)

FFD
40 inci (100 cm)

Catatan
Pasang marker 15 menit
Gunakan film 30 x 40 cm

Kriteria gambar
Tampak kontras mengisi ginjal, ureter, sampai blass/buli-buli.



c. AP 30 Menit
Posisi Pasien
Supine

Posisi Obyek
• MSP sejajar dengan pertengahan bucky.
• Kedua tangan di samping tubuh.

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
Setinggi crista illiaca (pada lumbal 4-5)

FFD
40 inci (100 cm)

Kriteria gambar
Tampak blass terisi penuh oleh kontras

Catatan
Pasang marker 30 menit



d. Post Mixi
Bertujuan untuk melihat adanya ren mobile.

Posisi Pasien
Erect AP

Posisi Obyek
• MSP sejajar pertengahan bucky
• Kedua tangan di samping tubuh

Central Ray
Tegak lurus IR

Central Point
Umbilikus (2 cm superior crista illiaca)

FFD
40 inci (100 cm)

Kriteria gambar
Tampak Blass kosong.

Catatan
• Marker PM dan R/L
• Apabila tidak normal foto dapat dilanjutkan hingga menit ke 120 tanpa post mixi (void) terlebih dahulu.

11. Teknik Hipertensi IVP
Dilakukan pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi. Tujuannya untuk memastikan apakah ginjal adalah penyebab hypertensi. Waktu yang dipergunakan untuk prosedur ini lebih pendek dibandingkan IVP secara umum. Pemeriksaan dilakukan pada menit ke 1, 2, dan 3. Jika memungkinkan lakukan pemotretan tiap 30 detik. Catatan : teknik pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan saat ini, tapi tetap dapat dilakukan apabila pemeriksaan lain tidak dapat dilakukan.

12. Kelebihan dan Kekurangan IVP
Kelebihan
• Bersifat invasif.
• IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapat mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu ginjal hingga kanker.
• Tanpa harus melakukan pembedahan, kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat dilakukan.
• Radiasi relative rendah
• Relatif aman.
Kekurangan
• Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang diperoleh.
• Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3 mSv, sama dengan rata-rata radiasi yang diterima dari alam dalam satu tahun.
• Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi pada pasien, yang menyebabkan pasien harus mendapatkan pengobatan lanjut.
• Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil.


13. Teknik Pemeriksaan alternatif :
Terdapat beberapa pemeriksaan alternatif yang umum digunakan :
1. Postrelease Ureteric Compression
• Radiograf dengan menggunakan film 30 x 40 diambil, segera setelah ureteric compression dilepaskan.
• Untuk mengetahui adanya fungsi renal yang tidak sama, maka compression dapat dilakukan segera setelah eksposi menit ke-5 (kecuali ada kontra indikasi), lakukan eksposi pada menit ke-15 dengan kompressi yang telah dilepas.
2. Posisi Erect Untuk Bladder
Untuk kasus prolapse bladder, atau pembesaran kelenjar prostat, pemeriksaan dengan posisi berdiri dapat dilakukan sebelum post void.
3. Delayed Radiograf
Pada kasus urinary calculi (calsification in luminal aspek urinary system) ureter bekerja lambat, sehingga dibutuhkan waktu 1-2 jam untuk membawa media kontras ke blass. Radiografer harus mengingat waktu pemeriksaan selanjutnya sebelum pasien keluar ruangan dan menjelaskan hal-hal penting untuk pemeriksaan selajutnya.

Landmark dan Baseline dalam Radiografi Skull

Pernahkah anda mendengar landmark atau baseline. Landmark merupakan suatu tanda yang berada di daerah tubuh yang digunakan untuk membantu dalam suatu pemeriksaan. Sedangkan baseline merupakan suatu garis khayal pada daerah tubuh yang juga digunakan untuk membantu dalam suatu pemeriksaan. Pada penjelaasan berikut akan dijelaskan beberapa landmark dan baseline yang ada di kepala yang sering digunakan dalam pemeriksaan radiografi.
a. Landmark
1. Vertex
Suatu titik yang berada pada pertengahan MSP kepala pada tulang parietal
2. Glabella
Suatu titik yang berada pada MSP sejajar dengan kedua alis mata pada tulang frontal
3. Nasion
Suatu titik yang berada pada MSP setinggi kedua mata
4. Acanthio
Suatu titik yang berada pada MSP di antara lubang hidung dan bibir
5. Infra Orbital Point
Suatu titik yang berada di bawah dari orbita
6. Outer Canthus of Eye
Suatu titik yang berada pada lateral dari orbita
7. Inner Canthus of Eye
Suatu titik yang berada pada medial dari orbita
8. Mental
Suatu titik yang berada pada MSP di bawah bibir
9. External Acoustic Meatus (EAM) atau Meatus Acusticus Ekternus (MAE)
Suatu titik yang berada tepat di lubang telinga



b. Baseline

1. Glabellomeatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Glabella
2. Orbito Meatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Orbita
3. Infra Orbito Meatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Infra Orbita Point
4. Acanthiomeatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Acanthio
5. Mentomeatal Line
Garis yang menghubungkan MAE dengan Mental
6. Glabelloalveolar Line
Garis yang menghubungkan Glabella dengan Alveola

Trnslate by

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google